Minggu, 10 Maret 2013

Kajian Struktural Novel



LAPORAN ANALISIS
KAJIAN STRUKTURAL NOVEL

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Apresiasi Sastra Indonesia
 Dosen: Seni Aprilya, M.Pd.





Oleh:

Nama                    : Elah Nurlaelah Sari
NIM                     : 1004162
Kelas                    : Interes Bahasa Indonesia
No. Absen                        : 31
Semester               : 6
Judul Novel          : RUMAH KACA
Nama Pengarang  : Pramoedya Ananta Toer


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
KAMPUS TASIKMALAYA
2013


RUMAH KACA
Karya Pramoedya Ananta Teor

Sinopsis:
Novel ini bercerita tentang perkembangan Hindia (Indonesia) selepas pembuangan R.M. Minke ke luar Jawa. Berbeda dengan novel pertama sampai ketiga, yang menjadi narator dalam buku ini bukanlah Minke, melainkan seorang mantan Komisaris Polisi bernama Pangemanann dengan dua “n”.
Pangemanan adalah seorang juru arsip berusia 50 th yang bekerja pada Algemeene Secretarie. Sebelum mendapatkan jabatan tersebut, pangemanan menjabat sebagai inspektur polisi tingkat-1. Ia berusia 40 th waktu itu. Jabatan yang sangat tinggi, bahkan mungkin merupakan jabatan yang terlalu tinggi untuk seorang pribumi. Ketika Ia menjabat sebagai seorang Inspektur, Pangemanan mendapat tugas untuk membereskan gerombolan Si Pitung yang pada waktu itu dianggap sebagai penjahat besar karena telah membuat berbagai kekacauan bagi pemerintahan Belanda. Pangemana akhirnya berhasil melaksanakan perintah tersebut dengan baik. Namun disamping keberhasilannya pangemanan juga merasa bersalah terhadap kawanan Si Pitung. Meskipun mereka melakukan kesalahan, dalam hati Pangemanan apa yang dilakukan kawanan Si Pitung tersebut merupakan hal yang wajar jika melihat perlakuan Belanda yang kejam. Tapi Pangeman tidak bisa berbuat apa-apa. Dia bekerja untuk pemerintah Belanda. Dan Dia harus mengerjakan tugasnya dengan baik agar mendapat kehormatan dari jabatannya dan dapat membiayai kehidupan istri beserta empat orang anaknya.
Setelah tujuh tahun reputasi pengemanan sangat bagus. Dia akhirnya naik jabatan sebagai seorang Komisaris Polisi. Ia dibebaskan dari pekerjaan lanpangan dan kriminal. Sekrang pekerjaannya adalah menyusun penggolongan para perusuh dari berbagai daerah berdasarkan sikap dan tindakan mereka terhadap kekuatan Gubermen. Ternyata tulisan pangemanan menarik perhatian Algemeene Secretarie dan Ia mendapat tugas baru. Tugas itu diterimanya secara langsung dari Algemeene Secretarie yang berkedudukan di Buitenzorg. Semua pejabat menjadi bangkit dari kursinya dan melayani pangemanan dengan senang hati karena surat perintah istimewa itu. Setelah surat itu dibuka ternyata Pangemana mendapat tugas untuk mempelajari arsip-arsip tentang pergerakan Pribumi. Setelah mempelajari arsip-arsip tersebut, kemudian pangemana membuat tulisan tentang kaum terpelajar pribumi dan kemungkinan hubungan mereka dengan kaum terpelajar di negeri-negeri kolonial di sekitar Hindia. Pembuatan tulisan tersebut memakan waktu kurang lebih satu tahun.
Dalam tulisannya Pangemanan membuat studi tentang kaum terpeajar pribumi. Salah satu pribumi yang dia awasi adalah Minke. Di mata pangemanan Minke adalah sosok yang baik. Dia sangat menghormati Minke. Bahkan Pangemanan menganggap Minke sebagai gurunya sendiri. Tetapi ternyata pemerintah Belanda menganggap Minke sebagai salah satu orang yang mengancam kedudukannya di Hindia. Sehingga pangemanan mendapat tugas untuk menghentikan gerak gerrik Minke. Dalam hati kecilnya tugas itu sangat berlawanan dengan keinginannya. Namun Ia tidak bisa berbuat apa-apa. Pangemanann berhasil menyingkirkan pemimpin utama sekaligus otak pendirian Syarikat—Minke—dan membuangnya ke luar Jawa serta merenggut dengan sembunyi-sembunyi semua harta milik R.M. Minke di tanah Jawa. Minke diasingkan ke maluku tepatnya di jalan Benteng di kota Ambon. Disana Ia dikenakan tahanan rumah. Dan tidak bisa meaksanakan aktivitas seperti biasanya lagi.
Pangeman sangat kecewa pada dirinya yang mulai kehilangan prinsip hidunya. Satu persatu pribumi tidak bersalah menjadi korban pekerjaannya. Kesalahan pribumi tersebut ssebenarnya hanyalah karena pihak Belanda hawatir akan pergerakan mereka yang dianggap dapat mengancam posisinya.
Pangemanann sendiri merasa jijik dengan tugas tersebut: dengan pendidikan tinggi Eropa yang telah dipelajarinya ia berlaku curang kepada orang yang tidak bersalah. Ia menyadari itu, tetapi nurani kemanusiannya terkalahkan oleh akal dan semangat kolonialnya. Harta, pangkat, kedudukan, dan jabatan telah membuatnya lupa akan dirinya, lupa akan keluarganya, dan lupa akan siapa yang harus dibelanya. Sangat disayangkan, ilmu setinggi itu terbungkam oleh nafsu keserakahan Eropa sebagai bangsa penjajah.
Karena keberhasilan Pangemanan mengasingkan minke ke maluku, tiba-tiba pangemanan ‘dipensiundinikan’ dari jabatannya sebagai seorang anggota besar polisi dan ditarik oleh Gubermen menjadi tenaga ahli politik dalam ‘keluarga’ Algemeene Secretarie. Tugas utamanya adalah memata-matai pergerakan organisasi pribumi dan membuat semacam perintah diam-diam untuk menumbangkan siapa dan apa saja yang sekiranya dapat meletuskan semangat nasionalisme Hindia yang bisa mengancam kedudukan penguasa Belanda di Hindia.
Pekerjaan tersebut telah merubah pangemanan. Pangenanam merasa telah menjadi seorang budak yang patut dikutuk. Ia hanya dapat menangis ketika mengingat betapa hinanya dirinya. Ia sendiri mengakui bahwa menghasut, menjilat, menindas, apalagi membodohkan bangsa jajahan adalah watak dasar kolonial. Ia tidak bisa mengadu pada siapapun termasuk pada isterinya. Seringkali ia melihat halusinasi seakan-akan minke dan sipitung berdiri di hadapannya dan mentertawakannya. Pangemanan kini kurang memperhatikan sebangsanya, dengan semua tekanan yang dihadapinya Ia mulai sering mabuk-mabukan bahkan pergi dengan wanita pnghibur. Wajahnya selalu gelisah. Istrinya yang sangat kecewa dengan perubahan pangemanan akhirnya membawa keempat ananknya dan meninggalkan pangemanan sendiri di Hindia. Mereka semua kini tinggal di Eropa.
Tugasnya terus berlanjut. Satu persatu warga pribumi yang membuat pergerakan masuk kedalam daftarnya. Mula-mula syarikat islam yang ternyata terus berkembang dengan beribu anggotanya yang tersebar di seluruh hindia menjadi tugasnya. Setelah Syarikat berhasil dilemahkan, ternyata hal itu malah membuat organisasi lain bermunculan dimana-mana. Kini pribumi di berbagai wilayah ikut membentuk organisasi. Hal ini tentu saja sangat menyibukan pangemanan.
Kaum terpelajar pribumi mulai gencar menbuat tulisan di majalah dan koran. Tulisan-tulisan tersebut dianggap membahayakan posisi gubermen. Kini beberapa orang menjadi targetnya diantaranya adalah douwager, wardi, tjiptomangun, marco, siti soendari, dan yang lainnya.
Dengan otak kolonialnya, Pangemanann berhasil membuat para generasi ‘pemikir’ Hindia, seperti Siti Soendari dan yang lainnya, ‘tersingkir’ dari papan percaturan kehidupan di Hindia.
Akhirnya minke bebas dari masa pengasingannya. Lima tahun telah berlalu. Dulu minke sangat dikenal, tapi kini minke telah dilupakan. Persediaan keuangannya mulai menipis dan kesehatannya pun mulai menurun. Dalam keadaan yang seperti itu ia terus mengembara dari pasar ke pasar. Ternyata kemudian ia ditampung oleh salah seorang sahabat yang lama, Goenawan, yang telah dikucilkan oleh Syarikat Islam setelah kekuasaannya Mas Tjokro. Dalam keadaan sakit Raden Mas Minke dibawa kembali oleh Goenawan pulang kerumahnya dan meniggal dunia dalam perawatannya.
Kematian Minke akhirnya menyadarkan pangemanan betapa hinanya dia sebagai manusia. Pertemuannya dengan Madame Sanikem Le Boucq dari Prancis ke Betawi untuk mencari anak rohaninya—Minke—membuatnya semakin tenggelam dalam penyesalan. Ia lah penyebab kematian Minke, seorang musuh sekaligus gurunya, orang yang selama ini selalu dikaguminya sebagai seorang pribadi yang berprinsip dan sebagai seorang manusia yang bebas.
Dalam penyesalan yang amat sangat, melalui pembantunya, ia menyerahkan semua tulisan-tulisan “Rumah Kaca”-nya beserta semua naskah milik R.M. Minke—Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah— kepada Madame Sanikem Le Boucq sebelum ia (Pangemanann) memutuskan pergi ke Belanda.



Kajian Struktural Novel RUMAH KACA
1.      Unsur Intrinsik
·         Tema
Novel Rumah Kaca mengangkat tema tentang cara pengarsipan yang rapi atas semua tindak tanduk pribumi. Kegiatan pengarsipan ini menjadi salah satu kegiatan polotik yang dapat membatasi pergerakan kemerdekaan yang tergabung dalam berbagai organisasi. Arsip menjadi mata radar Hindia yang disimpan dimana-mana untuk merekam apapun aktivitas pribumi pada waktu itu. Penulis dari novel ini (Pramoedya) dengan cerdas mengistilahkan politik arsip itu sebagai kegiantan pe-rumahkaca-an.

·         Penokohan
Tokoh utama novel Rumah kaca  adalah saya (pangemanan dengan dua n) dan Tokoh lain yang banyak diceritakan dalam novel ini adalah sebagai berikut:
1.      Jacques Pangemanan
Pangemanan adalah seorang juru arsip berusia 50 th yang bekerja pada Algemeene Secretarie. Tugas utamanya adalah memata-matai pergerakan organisasi pribumi dan membuat semacam perintah diam-diam untuk menumbangkan siapa dan apa saja yang sekiranya dapat meletuskan semangat nasionalisme Hindia yang bisa mengancam kedudukan penguasa Belanda di Hindia.
Dalam hati kecilnya tugas itu sangat berlawanan dengan keinginannya. Namun Ia tidak bisa berbuat apa-apa. Pangemanann sendiri merasa jijik dengan tugas tersebut: dengan pendidikan tinggi Eropa yang telah dipelajarinya ia berlaku curang kepada orang yang tidak bersalah. Ia menyadari itu, tetapi nurani kemanusiannya terkalahkan oleh akal dan semangat kolonialnya. Harta, pangkat, kedudukan, dan jabatan telah membuatnya lupa akan dirinya, lupa akan keluarganya, dan lupa akan siapa yang harus dibelanya.
Sejak kecil pangemanan telah ditinggal pergi oleh orang tuanya. Dia yatim piatu. Kemudian dia dirawat oleh adik dari ayahnya Frederick Pangemanan. Menjelang lulus E.L.S. di menado dia kemudian tinggal bersama tuan De Cagnie seorang Prancis yang bekerja sebagai Apoteker.
Dalam menjalankan tugasnya dia sangat mengagumi sosok Minke yang ternyata menjadi salah satu pribumi yang harus ia singkirkan. Kematian Minke setelah keluar dari pengasingannya akhirnya dapat menyadarkan Pangemanan. Akhirnya Pangemanan kembali ke Belanda dan meninggalkan Hindia.
2.      Minke  Atau  R.M.Tirto Adhi Soerjo
Dalam novel ini minke atau dalam kehidupan nyata dikenal sebagai R.M.Tirto Adhi Soerjo digambarkan sebagai seorang terpelajar pribumi yang selalu mencintai bangsa dan tanah airnya Hindia, mencoba memajukan bangsanya, dan berusaha keadilan ditegakkan didalam masa-masa hidupnya, untuk bangsanya diatas bumi Hindia, untuk segala bangsa diatas bumi manusia. Dia pernah sekolah kedokteran, namun tidak sampai selesai. Dia selalu berpakaian jawa: destar, baju tutup putih dengan rantai emas arloji tergantung pada saku atas bajunya, berkain batik dengan wiron agak lebar dan berselop kulit. Kulit agak langsat, kumis terpelihara baik, hitam lebat dan terpilin meruncing keatas pada ujung-ujungnya. Langkahnya tegap, diwibawahi perawakan yang kukuh. Tingginya agak mendekati 1.65 meter. Beribu-ribu pengikutnya, terdiri dari muslim putih dan terutama abangan dari golongan mardika. Orang memaafkan, melupakan, menutup mata terhadap kekurangannya. Ia lebih mudah bergaul dengan orang Eropa dari pada dengan pengikutnya sendiri.
Minke atau Tirto mengawali karier jurnalisnya sebagai koresponden Hindia Ollanda pada tahun 1894 tanpa gaji dan hanya dibayar dengan edisi gratis surat kabar itu. Kecakapannya sebagai editor pribumi mulai mapan ketika ia menjadi pimpinan redaksi Pemberita Betawi pada April 1902, ketika pada waktu yang sama ia juga bekerja sebagai asisten F.Wiggers, editor harian Warna Sari ,yaitu sebuah harian yang di usahakan L.Weber di Bogor dan pertama terbit pada 1 Oktober 1901 (Ahmat Adam,2003;186)
Dari tulisannya tersebut akhirnya pangemanan menemukannya sebagai salah satu pelajar pribumi yang dapat mengancam kedudukan Gubermen di Hindia. Selain tulisannya, minke juga berhasil menjadi pemimpin Serikat Dagang Islam yang dikenal dan disegani banyak orang.
Akhirnya Minke diasingkan ke maluku selama lima tahun. Setelah dibebaskan ternyata masyarakt terlah jauh melupakan dia. Dia jatuh miskin dan sakit hingga akhirnya dia meninggal karena penyakit disentri yang dideritanya.
3.      Tuan De Cagnie
Tuan De Cagnie adalah ayah angkat dari Pangemanan. Dia seorang Prancis yang bekerja sebagai Apoteker. Dia menyayangi Pangemanan seperti anaknya sendiri. Dari pernikahannya dia tidak dikaruniai seorang anakpun. Dia tinggal di Lyon dan disana Ia memiliki Apotik dan pabrik obat kecil.
4.      Komisaris Besar Donald Nicolson
Dia adalah atasan Pangemanan ketika menjadi Komisaris Polisi. Dia adalah seorang totok Eropa yang tidak senang karena seorang peranakan seperti Pangemanan menjabat sebagai komisaris polisi.  Dialah yang memberikan tugas pada pangemanan untuk menghentikan sepak terjang Minke dan menberikan Suurhof sebagai rekan Pangemanan yang ternyata malah memberikan berbagai masalah pada Pangemanan.
5.      Madame Paulette
Madam paulette adalah istri dari pangemanan. Dia adalah istri yang cantik setia dan menyayangi suaminya. Dia sangat memperhatikan pangemanan. Seorang perempuan luar biasa yang selalu menyertai suaminya dalam duka maupun suka. Dia  berasal dari Lyon Prancis. Seorang gadis tani yang tidak tahu apa-apa tentang dunia. Kemudian menikah dengan Pangemanan disebuah kereja desa yang telah tua disakskan oleh orang tua mereka yang tidak menyetujui. Sejak menikah dia mengikuti suaminya kemanapun Pangemanan pergi. Mulai dari Nederland kemudian Hindia. Darinya pangemanan memiliki empat orang anak. Dua orang sedang sekolah di Nederland dan dua orang lagi tinggal bersama mereka.  Namanya Marquis, Desire, Andre Dan Henri. Selama pernikahannya Ia menjadi pendamping Pangemanan yang setia. Namun ketika pengemanan mulai berubah, sering minum-minum dan kurang memperhatikan dirinya beserta keempat anaknya, akhirnya Madame Paulette pergi ke Eropa bersama anak-anaknya meninggalkan Pangemanan sendiri di Hindia.
6.      Tuan L
Ia seorang Belanda totok, muda, seorang arsivaris yang tak banyak diketahui oleh umum. Ia lebih suka mengenakan lornyet yang terikat dengan rantai emas tipis dan halus. Berbaju tutup dari lena putih juga celananya. Rambut pirang sibak tengah. Sepatunya hitam tubuhnya agak tinggi dan berisi. Dia bekerja di s’Landscharchief. Disana dia mempelajari berbagai arsip tentang pribumi yang disusunnya. Dia orang yang pintar dan mengerti tentang perkembangan pribumi.
 Tuan L adalah orang yang banyak memberikan informasi tentang pribumi jawa dan perkembangannya pada pangemanan. Darinya pangemanan tahu banyak hal tentang pribumi. Tuan L adalah sosok yang sangat mengagumi jawa dengan segala kelebihannya. Namun sangat disayangkan karena pribumi jawa yang mudah menerima orang lain dalam kehidupannya shingga akhirnya mereka dapat dijajah dengan mudah.


7.      Nyi Juju
Dia adalah salah satu orang yang tertangkap ketika penggerebekan Si Pitung.
8.      Nyi Romlah
Dia adalah Ibu dari Nyi Juju yang juga ikut tertangkap.
9.      Pinkerton
Dia adalah sanak tuan-tuan tanah Abang berbangsa Inggris, seorang Joki yang beberapa kali menang balap kuda. Dia adalah orang yang mempekosa Nyi Romlah dan Ayah dari Nyi Juju. Bukan hanya Nyi Romlah saja korbannya tapi masih banyak lagi yang lainnya.
10.  Gubernur Jendral Daendels
Dia adalah orang yang memiliki ambisi militer membangun pertahanan di seluruh jawa untuk menahan masuknya balatentara Inggris di Hindia dan Jawa khususnya. Dia adalah orang yang membuat jalan militer Anyer-Banyuangi. Ketika pembangunan, ia bangkrut akhirnya dia menjual tanah-tanah Gubermen.
11.  Mr. K.
Dia adalah Intelektual dan sarjana hukum yang disegani oleh tokoh-tokoh kolonial. Ia dianggap teotritikus kolonial tanpa tanding. Namanya jarang terpampang di pers karena dia jarang menulis. Pandangannya dapat membuat orang menunduk dan suaranya memaksa orang untuk menekur mendengarkan. Dikalangan elite dia selalu menjadi perhatian. Dan orang-orang menunggu apa yang akan dikatakannya. Ia lebih banyak di Eropa dari pada di Hindia. Dia adalah pembicara ketika diadakan deklamasi. Dia adalah orang yang memberitahu pangemanan bahwa Filifina kedua bisa saja terjadi d Hindia. Maksudnya adalah terpelajar pribumi Filifina yang memberontak terhadap Spanyol sabagai penjajahnya yang bekerja sama dengan Amerika Serikat.
 12.  Tuan De Man
Dia adalah orang yang bekerja pada tuan L. Tugasnya dalam novel ini adalah mengawasi pangemanan ketika mempelajari arsip-arsip yang selama ini di susun oleh tuan L.
13.  Tuan R.
Dia adalah atasan Pangemanan di Algeemene Secretarie. Ia seorang Sarjana Hukum, berkebangsaan Prancis dan didikan prancis. Seorang yang cerdas dan pandai. Sayang sedikit, bila dia akan mengambil keputusan dia berubah jadi peragu.
Ia adalah seorang konservatif dalam segala hal yang bersifat Prancis. Dia juga orang yang mudah tersinggung ketika kebangsaan Prancis terpojokkan dalam salah satu tulisan di koran. Dengan tidak berpikir panjang dia memberikan perintah untuk membereskan penulisnya hanya karena masalah pribadi.
14.  Tuan Mr. De Lange
Dia adalah orang yang pangemanan gantikan posisinya di Algeemene Secretarie. Dia meninggal bunuh diri di ruangannya. Tidak ada yang mengetahui apa penyebabnya. Tapi hal itu membuat pangemanan takut dan gelisah shingga ia tidak berani berada di ruangaanya sendirian. Dia masih muda baru lima tahun lulus universitas ketika meninggal. Ternyata dia adalah orang yang selama ini memplajari tulisan pangemanan selama menjabat sebagai Komisaris Polisi.
15.  Hadji Samadi
Dia adalah pemimpin Syarikat Islam setelah Minke diasingkan. Bertambahnya anggota Syarikat setelah Minke diasingkan justru malah membuat Hadji Samadi kebingungan. Dia memang kurang memiliki jiwa kepemimpinan. Dia kebingungan terhadap apa yang akan dilakukan dengan anggota sebanyak itu. Akhirnya dia berkeliling keluar jawa untuk mencari pribumi terpelajar yang dapat bekerja sama membantunya.
16.  Firts Dortier
Dia adalah seorang pesuruh yang bekerja di Algeemene Secretarie. Dia berpakaian serba putih, seorang peranakan yang ganteng, bermata tajam dan berhidung mancung. Ia adalah lulusan Sekolah Dasar. Dia masih muda. Sehingga terkadang sikapnya yang kurang hormat membuat Pangemanan tersinggung. Dia adalah orang yang dipergoki pangemanan sedang membaca dokumen rahasia di truang kerjanya. Karena kesalahannya akhirnya dia dikeluarkan.
17.  Nikolaas Knor
Ia adalah seorang totok bertubuh gemuk dan tidak begitu tinggi. Seluruh rambutnya sudah putih. Ia mengenakan pakaian dinas putih-putih. Ia adalah seorang pengatur rumah tangga di algeemene Secretarie. Dia orang yang baik , hormat dan sopan. Dia adalah orang yang memberitahu pangemanan akan apa yang terjadi pada orang yang jabatannya digantikan oleh pangemanan.
18.  Tuan GR.
Dia adalah pegawai di Algeemene Secretarie. Dia merupakan orang yang memerlukan beberapa informasi dan bantuan pangemanan. Beberapa kali Tuan GR mengorek informasi yang ia perlukan dari pangemanan. Mereka sering terlibat percakapan yang panjang tentang perkembangan pribumi.
19.  Marko Kartodikromo
Dia adalah seorang pemuda polos, namun cerdas dan ia pun adalah orang keprecayaan Minke. Setelah dewasa dia mengubah huruf k pada namanya sehingga menjadi Marco. Ia selalu bercelana pantolan putih, dan berbaju putih. Sisirannya selalu rapi sibak tengah, matanya selalu dibukanya lebar-lebar, seakan-akan tidak ingin kehilangan sesuatu atas segala yang terjadi diskelilingnya. Ia sampaikan segala yang diketahuinya pada siapa saja orang yang mau menyerahkan perhatian padanya.

20.  Prinses Van Kasiruta
Dia adalah gadis yang dinikahi oleh Minke dan mempunyai daya tarik tersendiri dan merupakan putri dari Raja Ambon yang dibuang ke Sukabumi. Prinses juga bekerja dan membantu berjalannya Medan Prijaji karena atas permintaan Minke. Dia merupakan seorang penembak yang mahir. Dia adalah seorang istri yang setia dan mengabdi pada suaminya. Dia bahkan tidak segan menembak robert shurhop yang ia kira akan membunuh minke.
21.  Gubernur Jenderal Van Heutsz
Gubernur Hindia yang sangat disegani. Dia adalah orang yang berhasil melumpuhkan perlawanan bersenjata diseluruh Hindia.
22.  Gubernur Jenderal Idenburg
Dia adalah pengganti dari Gubernur Jenderal Van Heutsz. Dia adalah orang yang mendirikan H.C.S. sekolah Hollandsch Chineesche School sekolah dasar berbahasa Belanda untuk anak Tionghoa. Dengan didirikannya sekolah ini dia berharap orang Tionghoa yang berada di Hindia akan berpihak pada Eropa dan tidak ikut memberontak membuat Revolusi Tiongkok seperti Sun Yat Sen di Hindia.
23.  Cor Oosterhof
Dia adalah orang yang membantu pangemanan untuk menghentikan perkembangan Syarikat Islam yang anggotanya terus bertambah setelah minke diasingkan. Dia mengetahui banyak orang di hindia juga perbuatan dan persoalan penduduk Tionghoa di jawa. Cor Oosterhop adalah orang yang dapat diandalkan pangemanan dan jauh lebih baik dari Suurhof pembantunya yang dulu. Sikap dan jiwanya tegar. Pada awalnya dia merasa tidak mampu untuk membantu pangemanan membuat kekacauan pada Syarikat. Namun akhirnya dia mencobanya. Dan hasilnya ternyata sangat memuaskan. Anggota Syarikat dimana-mana atas pengaruhnya langsung membuat keonaran yang akhirnya membuat organisasi ini tak lagi dipercaya.
24.  Sun Yat Sen
Dia adalah seorang dokter yang akhirnya menjadi Presiden dan Pemimpin Tiongkok. Dia adalah orang yang dikagumi. Dia melakuka hal yang sebelumnya dianggap tidak mungkin yaitu menertibkan geromnolan teror internasional bernama Thong. Gerombolan yang beroperasi hampir di semua kota pelabuhan. Yang akhirnya tiba di surabaya. Dia adalah pencetus dan otak dari Nasionalisme Tiongkok yang berhasil dan memprakarsai Revolusi Tiongkok.
25.  Piah
Dia adalah seorang pembantu yang setia terhadap majikannya. Dia bekerja untuk minke dan istrinya. Ketika minke diasingkan, dengan setia dia mendampingi istri minke kemanapun dia prgi.
26.  Robert Suurhof
Suurhof adalah Seorang bayaran yang kerjanya menakut-nakuti penjabat kecil setempat dan penduduk yang tak berdaya, penjual seribu macam kesakitanpalsu agar tunduk pada keinginan bangsa Eropa. Selain itu dia juga orang yang angkuh dan merasa dirinya orang besar karena mendapat perlindungan dari kepolisisan. Dia berpakaian serba drill, seperti seorang pegawai perkebunan. Topinya sebuah polkah sewarna dengan bajunya. Gigi gingsulnya pada bagian kiri begitu putih gemerlapan seperti mutiara. Wajahnya yang terlalu sering terbakar matahari berkerut-kerut jadi garis-garis kaku.
27.  Rientje de Roo
Dia adalah seorang wanita penghibur yang bekerja untuk suurhof. Dia masih muda, cantik, menarik dan kulitnya halus. Dia merupakan seorang anak yang direnggut dari keluarganya oleh suurhof dan terpaksa harus mengikuti semua perintah suurhof. Rientje dua kali bertemu dengan pangemanan. Dia adalah orang yang pangemanan temui ketika mulai pengap dengan pekerjaannya. Pada akhirnya Rientje meninggal dengan mengenggam buku merah yang didalamnya terdapat nama Pangemanan. Kematiannya sempat memberikan masalah pada pangmanan namun, itu tidak berlangsung lama.
28.  Siti Soendari
Siti Soendari adalah lulusan H.B.S. Semarang. Ia kelahiran Pemalang. Ia seorang aktivis Jong Java dan selalu duduk dalam pimpinan. Ia berasal dari kelurga terpelajar. Ayahnya seorang jebolan STOVIA dan menjabat kepala Pegadaian Negeri Pemalang, di samping juga seorang tuan tanah yang berhasil. Ayahnya Soendari mempunyai seorang anak lelaki, abang Soendari. Setelah lulus H.B.S. ia dikirim ke Nederland untuk meneruskan ke H.B.S. lima tahun. Kemudian meneruskan sekolahnya pada Hoge Handelsscool di Rotterdam. Semua atas biaya keluarga.
Siti Soendari selalu berpakaian rapi, berkain dan berkebaya, berselop beledu hitam, yang disulam berbunga-bunga. Kainnya terpasang sampai mata kaki, datar, tak ada bagian lebih rendah atau lebih tinggi. Sanggulnya di hias dengan tusuk sanggul dari tanduk, dihiasi dengan keris kecil dan perak. Kebayanya selalu dari kain katun bikinan Nederland. Sebagaimana patutnya wanita Jawa, Ia selalu mengenakan perhiasan dari emas yang termasuk mahal. Bahkan anting-antingnya dari berlian biru. Ia bersolek, baik di dalam maupun diluar rumah. Sedang tingkah-lakunya selalu sopan santun dan lemah lembut.
Ia mengajar pada sekolah dasar berbahasa Belanda, Boedi Moeljo. Seminggu sekali anak-anak dari kelas tertinggi ia bawah kesawah atau ladang, dan disana ia habiskan mata pelajaran berbahasa belanda. Dengan jalan seperti itu murid-murid menjadi gairah mempelajari Belanda, dan menjadi lebih dekat padanya.
Siti Soendari adalah remaja yang cerdas. Seringkali Ia memuat tulisannya di koran dan majalah. Dari tulisannya tersebut Soendari dapat mempengaruhi pemikiran pribumi. Warga pribumi semakin giat berorganisasi. Sepak terjang dari Siti Soendari ini dianggap berbahaya mengancam kedudukan Gubermen. Sehingga Siti Soendari masuk kedalam daftar tugas Pangemanan. Akhirnya pergerakan Siti Soendaripun dapat dihentikan oleh Pangemanan melalui Ayah Siti Soendari.
29.  Wardi
Wardi berasal dari ningrat tinggi Jawa, tapi dia meninggalkan keningratannya dan membuang semua gelar pada namanya. Dia tumbuh dengan berbagai penderitaan pribumi disekelilingnya. Sehingga dia menjadi pribadi yang tegas. Dia adalah salah satu pendiri Indische Partij. Wardi seringkali memuat tulisannya di koran. Tulisannya tersebut seringkali menyinggung gubermen. Hingga akhirnya Wardi diasingkan ke Eropa bersama rekannya Douwager.
30.  D.Douwager
Dia adalah orang yang sukamenyebut-nyebut sebagai kemenakan Multatuli. Pada pundaknya Ia memikul banyak pengalaman masa lalu. Ia dijauhi orang kolonial karena dianggap mempunyai pikiran yang aneh yaitu memimpikan Republik Afrika Selatan untuk Hindia. Dia datang dari Afrika Selatan membawa luka dan kekalahan. Di Hindia dia mendirikan organisasi politik Indische Partij bersama dengan Wardi dan Tjiptomangun.
31.  Mas Tjokro
Dia adalah ketua umum Syarikat Islam. Jabatan tersebut di dapatkan sebagai pemberian dari Hadji Samadi. Pers luar negeri pernah menjulukinya sebagai kaisar tanpa mahkota. Sebenarnya hal itu hanya sebagai ejekan tapi lain halnya dengan Tjokro yang menganggap itu sebagai kehormatan. Bagi terpelajar yang mengerti sejarah, dan semangat Eropa, julukan itu sungguh-sungguh bukan kehormatan, tapi penghinaan. Seorang yang tak tahu suka duka organisasi tiba-tiba jadi pemimpin. Dalam kepemimpinannya sebenarnya dia hanya menggunakan jabatannya sebagai ketua Syarikat Islam untuk meningkatkan prestisenya di kalangan masyarakat.
32.  Madame Sanikem Le Boucq
Dia datang dari Prancis ke Betawi untuk mencari anak rohaninya Minke yang telah meninggal. Dia bertemu dengan pangemanan. Pada akhirnya pangemanan menyerahkan semua tulisan minke yang ada padanya kepada madam sanikem. Selain catatan minke (Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa dan Jejak Langkah), pangemanan juga menyerahkan tulisan Rumah Kaca miliknya.

·         Plot atau alur cerita
Novel ini menggunakan alur maju mundur. Secara keseluruhan alur novel ini adalah alur maju, tetapi pada bagian-bagian tertentu pembaca kembali dibawa pada peristiwa-peristiwa masa lalu. Novel Rumah kaca merupakan novel terakhir dari tetralogi Pulau Buru yang sangat berbeda dari tiga novel sebelumnya (Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa dan Jejak Langkah). Dalam novel ini kembali dibahas sebagian dari isi ketiga novel tersebut. Novel Rumah Kaca juga berbeda dengan novel pertama sampai ketiga, yang menjadi narator dalam buku ini bukanlah Minke, melainkan seorang mantan Komisaris Polisi bernama Pangemanann dengan dua n.

·         Latar
a.      Latar Tempat
Latar tempat yang digunakan dalam novel ini adalah tempat kerja dan tempat tinggal Pangemanan di Hindia. Mulai dari Harmonie, Agleemene Secretarie, sLandscharchief, Kafe, rumah pangemanan di Buitenzorg dan tempat-tempat lain yang pangemanan kunjungi berhubungan dengan tugasnya di seluruh hindia seperti maluku, aceh, dan yang lainnya.

b.      Latar Waktu
Latar waktu dalam novel ini adalah ketika penjajahan Belanda di Hindia. Tepatnya adalah ketika organisasi-organisasi di Hindia mulai berkembang.

c.       Latar Suasana
Latar suasana yang ada dalam novel ini kebanyakan adalah pertentangan batin pangemanan. Dia seringkali gelisah, malu dan terhina karena tugasnya yang memalukan. Selain itu ada juga latar suasana yang lainnya sperti:
-          Sepi
Latar suasana sepi salah satunya adalah ketika pangemanan duduk sendiri di ruang kerjanya dan kebingungan akan apa yang dia lakukan dengan setumpuk tugasnya. Dengan segudang tekanan batin yang dialaminya pangemanan tidak bisa berbagi pada siapapun termasuk pada istrinya. Seringkali dia menyendiri di ruang kerja dengan hanya minuman yang menemaninya.
-          Emosi
Salah satu cerita yang menggambarkan suasan emosi ialah ketika pangemanan mendapat tekanan dari Tuan R atasannya. Dia diperintahkan untuk mengerjakan tugas dalam waktu hari itu juga. Tugas yang sebenarnya pangemanan anggap bukanlah tugasnya. Karena hal itu berhubungan dengan pribadi atasannya yang tersinggung akan salah satu tulisan di koran yang memojokkan kebangsaannya sebagai seorang Prancis.
-          Takut
Suasana ketakutan ditunjukkan Pangemanan ketika hari pertama berada di ruang kerja barunya di Algeemene Secretarie. Dia melihat sesosok bayangan yang tidak dikenalnya. Setelah mencari tahu ternyata di ruangan itu baru saja terjadi kasus bunuh diri. Yang meninggal tidak lain adalah orang yang Ia gantikan posisinya di sana. Saking takutnya Pangemanan tidak berani menutup pintu ruang kerjanya dan membiarkannya terbuka begitu saja.
-          Gugup
Latar suasana ini ditunjukkan oleh salah seorang pesuruh di Algeemene Secretarie ketika dia dipergoki Pangemanan masuk ke ruang kerjanya tanpa ijin.
-          Sedih
Salah satu cerita yang menggambarkan suasana sedih dalam novel ini adalah ketika pangemanan mengira bahwa dirinya sama sekali tidak dihargai oleh atasannya. Setelah keberhasilannya mengasingkan minke ke maluku, dia malah mendapatkan surat pemberhentian. Dia sangat sedih dan terpuruk sehingga jatuh tersungkur ke tempat tidurnya. Ia sampai tidak berani membuka surat yang sebenarnya merupakan surat pindah kerjanya ke tempat baru yang kedudukannya lebih tinggi. Selain itu suasana sedih juga ditunjukkan ketika pangemanan ditinggalkan oleh istri dan anak-anaknya.  
-          Kesal
Suasana kesal sangat terlihat ketika pangemanan sendiri meratapi nasibnya. Dia sangat kesal karena tidak bisa berbuat apa-apa selain mengerjakan tugas yang diperintahkan terhadapnya walaupun sebenarnya hal itu diluar keinginannya.
-          Senang
Suasana senang terlihat ketika pangemanan mengenang masa mudanya. Ketika dia pertama kali bertemu dengan istrinya, ketika dia berkumpul dengan keluarganya, dan ketika ia mendapatkan kenaikan pangkat di tempat kerjanya.

·         Sudut pandang
Dengan bahasa yang  lebih dipahami pada masanya, novel ini bercerita tentang kehidupan Jacques Pangemanan, yang sekaligus bertindak sebagai pencerita. Itulah sebabnya novel ini menggunakan sudut pandang orang pertama yang juga terlibat dalam cerita. Hal itu ditunjukkan dalam kutipan novel Rumah Kaca (Toer, 2011 : 25)
Dari kejauhan aku lihat suurhof dan teman-temannya meninggalkan rumah. Ia menuju gerbang kebun raya.  Telah dilewati aku tanpa diketahuinny.
Dari kutipan tersebut jelas terlihat bahwa sudut pandang penulis dalam novel ini adalah orang pertama yang terlibat dalam cerita.

·         Gaya bahasa
Gaya bahasa yang digunakan Pramoedya dalam novel Rumah kaca ini adalah gaya bahasa yang berkembang pada masa itu. Mungkin bagi sebagian orang awalnya novel ini agak sulit untuk dimengerti karena bahasanya masih menggunakan bahasa melayu pada jaman penjajahan. Namun jika dibaca dengan teliti, sebenarnya novel ini adalah novel yang luar biasa. Bukan hanya dari segi ceritanya, tapi juga dari segi bahasanya yang benar-benar menunjukkan kondisi pada waktu itu. Gaya bahasa yang digunakan pramoedya kebanyak menggunakan gaya bahasa perumpamaan. Walupun ada beberapa bagian dalam cerita yang menggunakan gaya bahasa personifikasi dan hiperbola.
Gaya bahasa perumpamaan, dilihat dari penggalan cerita novel Rumah Kaca (Pramoedya, 2011:235)
Syarikat aku anggap sebagai gelembung akibat samudra kehidupan yang telah teraduk unsur modern.”

2.      Unsur Ekstrinsik
Selain unsur intrinsik, dalam novel Rumah Kaca ini amat kental dengan pengaruh unsur ekstrinsik. Unsur ekstrinsik yang ada dalam novel tidak lepas dari latar belakang kehidupan pengarang. Ada pun beberapa unsur ekstrinsik yang dibahas antara lain :

a.       Identitas novel:
            
Judul novel                    : RUMAH KACA
Pengarang                      : PRAMOEDYA ANANTA TOER
Penerbit                         : Lentera Dipantara
Kota terbit                     : Jakarta Timur
Jenis Buku                     : Novel
Genre                             : Fiksi - Roman
Desain Sampul               : Ong Hari Wahyu
Editor                            : Astuti Ananta Toer
Layout                           : Tim Lentera Dipantara
Tebal halaman                : 646 halaman
Dimensi Buku                : Panjang 12,5 cm, Lebar 20cm
Cetakan Kelima, Septembet 2006
Cetakan Keenam, Desember 2007
Cetakan Ketujuh, Januari 2009
Cetakan Kedelapan, Juni 20010
Cetakan Kesembilan, September 2011

b.      Riwayat hidup pengarang
Pramoedya Ananta Toer (lahir di Blora, Jawa Tengah, 6 Februari 1925 – meninggal di Jakarta, 30 April 2006 pada umur 81 tahun), secara luas dianggap sebagai salah satu pengarang yang produktif dalam sejarah sastra Indonesia. Pramoedya telah menghasilkan lebih dari 50 karya dan diterjemahkan ke dalam lebih dari 41 bahasa asing.
Masa kecil
Pramoedya dilahirkan di Blora, di jantung Pulau Jawa, pada 1925 sebagai anak sulung dalam keluarganya. Ayahnya adalah seorang guru, sedangkan ibunya berdagang nasi. Nama asli Pramoedya adalah Pramoedya Ananta Mastoer, sebagaimana yang tertulis dalam koleksi cerita pendek semi-otobiografinya yang berjudul Cerita Dari Blora. Karena nama keluarga Mastoer (nama ayahnya) dirasakan terlalu aristokratik, ia menghilangkan awalan Jawa "Mas" dari nama tersebut dan menggunakan "Toer" sebagai nama keluarganya. Pramoedya menempuh pendidikan pada Sekolah Kejuruan Radio di Surabaya, dan kemudian bekerja sebagai juru ketik untuk surat kabar Jepang di Jakarta selama pendudukan Jepang di Indonesia.
Pasca kemerdekaan Indonesia
Pada masa kemerdekaan Indonesia, ia mengikuti kelompok militer di Jawa dan kerap ditempatkan di Jakarta pada akhir perang kemerdekaan. Ia menulis cerpen serta buku di sepanjang karier militernya dan ketika dipenjara Belanda di Jakarta pada 1948 dan 1949. Pada 1950-an ia tinggal di Belanda sebagai bagian dari program pertukaran budaya, dan ketika kembali ke Indonesia ia menjadi anggota Lekra, salah satu organisasi sayap kiri di Indonesia. Gaya penulisannya berubah selama masa itu, sebagaimana yang ditunjukkan dalam karyanya Korupsi, fiksi kritik pada pamong praja yang jatuh di atas perangkap korupsi. Hal ini menciptakan friksi antara dia dan pemerintahan Soekarno.
Selama masa itu, ia mulai mempelajari penyiksaan terhadap Tionghoa Indonesia, kemudian pada saat yang sama, ia pun mulai berhubungan erat dengan para penulis di Tiongkok. Khususnya, ia menerbitkan rangkaian surat-menyurat dengan penulis Tionghoa yang membicarakan sejarah Tionghoa di Indonesia, berjudul Hoakiau di Indonesia. Ia merupakan kritikus yang tak mengacuhkan pemerintahan Jawa-sentris pada keperluan dan keinginan dari daerah lain di Indonesia, dan secara terkenal mengusulkan bahwa pemerintahan mesti dipindahkan ke luar Jawa. Pada 1960-an ia ditahan pemerintahan Soeharto karena pandangan pro-Komunis Tiongkoknya. Bukunya dilarang dari peredaran, dan ia ditahan tanpa pengadilan di Nusakambangan di lepas pantai Jawa, dan akhirnya di pulau Buru di kawasan timur Indonesia.Penahanan dan masa setelahnya
Selain pernah ditahan selama 3 tahun pada masa kolonial dan 1 tahun pada masa Orde Lama, selama masa Orde Baru Pramoedya merasakan 14 tahun ditahan sebagai tahanan politik tanpa proses pengadilan.
·         13 Oktober 1965 - Juli 1969
·         Juli 1969 - 16 Agustus 1969 di Pulau Nusakambangan
·         Agustus 1969 - 12 November 1979 di Pulau Buru
·         November - 21 Desember 1979 di Magelang
Ia dilarang menulis selama masa penahanannya di Pulau Buru, namun tetap mengatur untuk menulis serial karya terkenalnya yang berjudul Bumi Manusia, serial 4 kronik novel semi-fiksi sejarah Indonesia. Tokoh utamanya Minke, bangsawan kecil Jawa, dicerminkan pada pengalaman RM Tirto Adisuryo seorang tokoh pergerakkan pada zaman kolonial yang mendirikan organisasi Sarekat Priyayi dan diakui oleh Pramoedya sebagai organisasi nasional pertama. Jilid pertamanya dibawakan secara oral pada para kawan sepenjaranya, dan sisanya diselundupkan ke luar negeri untuk dikoleksi pengarang Australia dan kemudian diterbitkan dalam bahasa Inggris dan Indonesia.
Pramoedya dibebaskan dari tahanan pada 21 Desember 1979 dan mendapatkan surat pembebasan secara hukum tidak bersalah dan tidak terlibat G30S/PKI, tapi masih dikenakan tahanan rumah di Jakarta hingga 1992, serta tahanan kota dan tahanan negara hingga 1999, dan juga wajib lapor satu kali seminggu ke Kodim Jakarta Timur selama kurang lebih 2 tahun.

c.       Latar Belakang Penciptaan Novel
Sumber sejarah seringkali disebut juga data sejarah. Perkataan data merupakan jamak dari kata tunggal datum (bahasa latin) yang berarti pemberitaan (Kuntowijoyo, 1995:94). Data sejarah itu sendiri berarti bahan sejarah yang memerlukan pengolahan, penyeleksian, dan pengkategorian (Dudung Abdurrahman, 1999: 30). Berdasarkan bahan, jenis sumber sejarah yang dominan digunakan Pramoedya dalam penulisan roman Tetralogi Pulau Buru adalah sumber tertulis yaitu surat kabar-surat kabar yang terbit diakhir abad 19 dan awal abad 20. Pram menyatakan (dalam Andre Vltchek, 2006: 74) bahwa:
“Sebelum saya  ke Buru saya sudah punya konsep untuk “Tetralogi” dan sudah berniat menulis. Kertas kerja serial novel ini sangat luas. Sebagian dikerjakan oleh mahasiswa saya. Ceritanya begini: Suatu hari datang seorang profesor dari Universitas Leiden menemui saya dan meminta saya untuk mengajar di Universitas Res Publica.Saya jawab: ”Bagaimana saya bisa mengajar di universitas kalau SMP saja saya tidak tamat?!. Tapi dia memaksa saya terus dan akhirnya saya terima juga. Ketika di depan kelas, saya tidak tahu harus bagaimana mengajar mereka. Akhirnya saya punya ide. Saya minta mahasiswa-mahasiswa saya untuk mempelajari surat kabar dimulai dari awal abad dan buat kertas kerja untuk setiap era di dalam sejarah. Naskah kerja inilah yang memberikan ide untuk konsep serial novel saya”Tetralogi Buru”. Dengan menggunakan kertas kerja mahasiswa saya tersebut saya juga bisa menulis buku Sang Pemula. Dengan konsep di kepala dan kertas kerja mahasiswa tersebut semuanya menjadi mudah,tinggal duduk di depan mesin tik saja”.
Sumber-sumber induk yang dipakai adalah surat kabar terbitan-terbitan pokok R.M.Tirto Adhi Soerjo, yang sebagian terbesar sudah dalam keadaan tidak utuh, bahkan ada yang berupa sisa belaka yang compang-camping ( Pramoedya, 2003:10 ).
Adapun terbitan-terbitan itu adalah:.1) Pemberita Betawi (harian) Th.XVII,  1901, dan XVIII, 1902, dimana ia ( Tirto Adhi Soerjo) menjadi redaktur, kemudian redaktur kepala dan penanggung jawab, milik Firma Albrecht & Co Betawi, 2) Soenda Berita (mingguan) milik Tirto Adhi Soerjo pribadi, terbit di Cianjur kemudian Weltevreden, Betawi, 3) Medan Prijaji (Mingguan), milik NV Medan Prijaji dimana Tirto Adhi Soerjo menjabat sebagai redaktur kepala, penanggung jawab dan direktur,4) Soeloeh Keadilan (bulanan), milik NV.Medan Prijaji dengan R.M.Tirto Adhi Soerjo sebagai direktur, 5) Poetri Hindia, milik NV Medan Prijaji dengan R. M. Tirto Adhi Soerjo sebagai direktur, 6) Sarotomo, sebagai organ Serikat Dagang Islam, 7) De Maleische Pers, 8) Pewarta S. S, 9) Sri Pasoendan,10) Soeara B.O.W, 11) Soeara Pegadaian dan lain sebagainya (Pramoedya, 2003:11). Surat-surat kabar tersebut didapatkan dari koleksi Perpustakaan Nasional dan Perpustakaan Idayu, dua-duanya di Jakarta. Selain daripada surat kabar, Pram juga menggunakan sumber tertulis lainnya seperti buku, dokumen pemerintah yang berkaitan dengan masalah yang dideskripsikan dalam Tetralogi Pulau Buru. Pram tidak hanya menggunakan sumber tertulis, dia juga memakai sumber tidak tertulis yaitu dengan wawancara. Wawancara ini dilakukan pada bulan Juli 1962 dengan R.Djojopranoto sebagai nara sumbernya. R.Djojopranoto adalah seorang lulusan STOVIA,dari generasi yang lebih muda dari R.M.Tirto Adhi Soerjo. Semasa wawancara R.Djojopranoto adalah seorang guru bahasa Inggris, Prancis, Jerman, dan Rusia. R.Djojopranoto adalah anggota Dewan Pimpinan C-SI tahun1916. Tidak jelas C-SI  Surabaya dibawah Tjokroaminoto atau C-SI Batavia atau C-SI tandingan dibawah Samanhoedi-Goenawan ( Pramoedya, 2003:100).
 
d.      Penulisan Sejarah Dalam Roman Tetralogi Pulau Buru
Roman Tetralogi Pulau Buru ditulis setelah Pram semakin sadar bahwa manusia harus mengetahui sejarahnya (the people must know their history). Roman tetralogi ini menggambarkan tentang Minke, seorang sosok anak bangsa di tengah perubahan zaman untuk bangsanya. Minke merupakan prototip dari R.M.Tirto Adhi Soerjo. Riwayatnya terjadi di awal abad 20, suatu fase awal kebangkitan nasional.  Minke menjadi simbol bagaimana bangsa Indonesia yang tenggelam dalam kegelapan, mulai memandang cahaya kebangkitannya. Sang tokoh juga merupakan streotip para aktivis pergerakan ketika itu yaitu seorang anak priyayi mendapat kesempatan menempuh pendidikan gaya Eropa (Barat). Roman ini  merupakan tulisan yang sarat dengan penyadaran sejarah, yang terutama mengembangkan karakter-karakter manusia Hindia Belanda pada masanya. Mereka terdiri dari orang Belanda, Indo, aktivis dari Cina (juga ada semacam germo), seniman Perancis, pelacur Jepang, orang buangan dari Maluku dan tokoh-tokoh pribumi,yang begitu kaya warna. Mereka hidup dan berjuang ditempat yang sama, memperebutkan tempat yang sama, atas dasar kepentingan mereka masing-masing.
Dalam Roman Tetralogi Pulau Buru dapat ditemukan nama tokoh-tokoh yang mudah dilacak dari data sejarah. Adakalanya dengan nama sebenarnya, adakalanya nama samaran yang mudah dikenal kembali: misalnya J.B.Van Heutsz yang dalam sejarah pers Hindia mengubah sensor preventif menjadi represif, menjabat gubernur jendral di Hindia Belanda pada periode 1904-1909, A.W.F.Idenburg merupakan gubernur jendral yang mendapat sebutan ‘tangan besi’, menjabat sebagai pengganti Van Heutsz yaitu pada periode 1909-1916, pengarang Marie van Zegelen, tokoh sosialis dan tokoh progresif Belanda Ir.H.H.Van Kol yang hidup dalam periode politik ethiek kolonial dalam roman ini bernama Kollewijn, atau Kartini dan surat-suratnya yang diterbitkan oleh tuan Abendanon dengan judul Door Duisternis tot Licht (Habis Gelap Terbitlah Terang) yang dalam roman ini disebut De Zonnige Toekomst (Masa Depan Yang Bersinar Terang). Dalam Roman ini juga kita dapat temukan Boedi Oetomo dan dua pendirinya, dokter Jawa Wahidin Soediro husodo dan Soetomo. Hadji Samadi dalam roman ini mewakili Samanhoedi, salah seorang pemimpin awal Sarekat Islam. Douwager didentikkan dengan E.F.E.Douwes Dekker, pendiri Indische Partij yang kemudian terkenal dengan nama Setia Budi, sedangkan Marko mewakili tokoh Mas Marco Kartodikromo, aktivis politik kiri dan pengarang berbagai roman. Bahkan roman Hikayat Siti Aini dengan pengarangnya Hadji Moeloek, yang memang tidak terdapat dalam buku-buku sejarah sastra Melayu/ Indonesia, ternyata bukan hasil imajinasi,melainkan penyamaran yang mudah terbongkar dari roman Hikayat Siti Mariah,karangan penulis abad kesembilan belas Hadji Mukti.
Minke sebagai pemuda lugu berkembang menjadi seorang nasionalis yang berbahaya bagi pemerintah kolonial Belanda. Minke merupakan gambaran semangat bangsanya sendiri yang tengah berjuang meninggalkan keluguan-nya,menuju pendewasaan diri sebagai bangsa yang hendak merdeka dan berdaulat. Bangsa Eropa (Barat) yang semula dipuja oleh Minke karena ketinggian peradaban dengan ilmu pengetahuannya menjadi kecil dan hina karena buruknya moral mereka. Moral buruk mereka berwujud kedalam sistem kolonialisme  yang mereka jalankan.