LAPORAN
ANALISIS
KAJIAN
STRUKTURAL NOVEL
Diajukan untuk Memenuhi
Tugas Mata Kuliah Apresiasi Sastra Indonesia
Dosen: Seni Aprilya, M.Pd.
Oleh:
Nama :
Elah Nurlaelah Sari
NIM
: 1004162
Kelas :
Interes Bahasa Indonesia
No. Absen :
31
Semester :
6
Judul Novel :
RUMAH KACA
Nama Pengarang :
Pramoedya Ananta Toer
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH
DASAR
UNIVERSITAS PENDIDIKAN
INDONESIA
2013
RUMAH KACA
Karya Pramoedya Ananta Teor
Sinopsis:
Novel ini
bercerita tentang perkembangan Hindia (Indonesia) selepas pembuangan R.M. Minke
ke luar Jawa. Berbeda dengan novel pertama sampai ketiga, yang menjadi narator
dalam buku ini bukanlah Minke, melainkan seorang mantan Komisaris Polisi
bernama Pangemanann dengan dua “n”.
Pangemanan
adalah seorang juru arsip berusia 50 th yang bekerja pada Algemeene Secretarie. Sebelum mendapatkan jabatan tersebut, pangemanan
menjabat sebagai inspektur
polisi tingkat-1. Ia berusia 40 th
waktu itu. Jabatan yang
sangat tinggi, bahkan mungkin merupakan jabatan yang terlalu tinggi
untuk seorang pribumi. Ketika Ia menjabat
sebagai seorang Inspektur, Pangemanan
mendapat tugas untuk membereskan
gerombolan Si Pitung yang pada waktu itu
dianggap sebagai penjahat besar karena telah membuat berbagai kekacauan bagi
pemerintahan Belanda. Pangemana akhirnya berhasil melaksanakan perintah tersebut dengan baik. Namun disamping keberhasilannya pangemanan juga merasa
bersalah terhadap kawanan Si Pitung. Meskipun mereka melakukan kesalahan, dalam
hati Pangemanan apa yang dilakukan kawanan Si Pitung tersebut merupakan hal
yang wajar jika melihat perlakuan Belanda yang kejam. Tapi Pangeman tidak bisa
berbuat apa-apa. Dia bekerja untuk pemerintah Belanda. Dan Dia harus
mengerjakan tugasnya dengan baik agar mendapat kehormatan dari jabatannya dan
dapat membiayai kehidupan istri beserta empat orang anaknya.
Setelah
tujuh tahun reputasi pengemanan
sangat bagus. Dia akhirnya naik jabatan sebagai seorang Komisaris Polisi. Ia
dibebaskan dari pekerjaan lanpangan dan kriminal. Sekrang pekerjaannya adalah
menyusun penggolongan para perusuh dari berbagai daerah berdasarkan sikap dan
tindakan mereka terhadap
kekuatan Gubermen. Ternyata tulisan pangemanan menarik perhatian Algemeene
Secretarie dan Ia mendapat tugas baru.
Tugas itu diterimanya secara langsung dari Algemeene Secretarie yang
berkedudukan di Buitenzorg. Semua pejabat menjadi bangkit dari kursinya dan
melayani pangemanan dengan senang hati karena surat perintah istimewa itu. Setelah
surat itu dibuka ternyata Pangemana mendapat tugas untuk mempelajari
arsip-arsip tentang pergerakan Pribumi. Setelah mempelajari arsip-arsip
tersebut, kemudian pangemana membuat tulisan tentang kaum terpelajar pribumi
dan kemungkinan hubungan mereka dengan kaum terpelajar di negeri-negeri
kolonial di sekitar Hindia. Pembuatan tulisan tersebut memakan waktu kurang
lebih satu tahun.
Dalam tulisannya Pangemanan membuat studi tentang kaum
terpeajar pribumi. Salah satu pribumi yang dia awasi adalah Minke. Di mata
pangemanan Minke adalah sosok yang baik. Dia sangat menghormati Minke. Bahkan Pangemanan
menganggap Minke sebagai gurunya sendiri. Tetapi ternyata pemerintah Belanda menganggap
Minke sebagai salah satu orang yang mengancam kedudukannya di Hindia. Sehingga
pangemanan mendapat tugas untuk menghentikan gerak gerrik Minke. Dalam hati
kecilnya tugas itu sangat berlawanan dengan keinginannya. Namun Ia tidak bisa
berbuat apa-apa. Pangemanann berhasil menyingkirkan pemimpin utama
sekaligus otak pendirian Syarikat—Minke—dan membuangnya ke luar Jawa serta
merenggut dengan sembunyi-sembunyi semua harta milik R.M. Minke di tanah Jawa. Minke diasingkan ke maluku tepatnya di jalan Benteng di kota Ambon. Disana Ia dikenakan tahanan rumah. Dan tidak bisa
meaksanakan aktivitas seperti biasanya lagi.
Pangeman sangat kecewa pada dirinya yang mulai kehilangan
prinsip hidunya. Satu persatu pribumi tidak bersalah menjadi korban
pekerjaannya. Kesalahan pribumi tersebut ssebenarnya hanyalah karena pihak Belanda
hawatir akan pergerakan mereka yang dianggap dapat mengancam posisinya.
Pangemanann
sendiri merasa jijik dengan tugas tersebut: dengan pendidikan tinggi Eropa yang
telah dipelajarinya ia berlaku curang kepada orang yang tidak bersalah. Ia
menyadari itu, tetapi nurani kemanusiannya terkalahkan oleh akal dan semangat
kolonialnya. Harta, pangkat, kedudukan, dan jabatan telah membuatnya lupa akan
dirinya, lupa akan keluarganya, dan lupa akan siapa yang harus dibelanya.
Sangat disayangkan, ilmu setinggi itu terbungkam oleh nafsu keserakahan Eropa
sebagai bangsa penjajah.
Karena keberhasilan Pangemanan mengasingkan minke ke
maluku, tiba-tiba pangemanan ‘dipensiundinikan’
dari jabatannya sebagai seorang anggota besar polisi dan ditarik oleh Gubermen
menjadi tenaga ahli politik dalam ‘keluarga’ Algemeene Secretarie. Tugas
utamanya adalah memata-matai pergerakan organisasi pribumi dan membuat semacam
perintah diam-diam untuk menumbangkan siapa dan apa saja yang sekiranya dapat
meletuskan semangat nasionalisme Hindia yang bisa mengancam kedudukan penguasa
Belanda di Hindia.
Pekerjaan tersebut telah merubah pangemanan. Pangenanam
merasa telah menjadi seorang budak yang patut dikutuk. Ia hanya dapat menangis
ketika mengingat betapa hinanya dirinya. Ia sendiri
mengakui bahwa menghasut, menjilat, menindas, apalagi membodohkan bangsa
jajahan adalah watak dasar kolonial.
Ia tidak bisa mengadu pada siapapun termasuk pada isterinya. Seringkali ia
melihat halusinasi seakan-akan minke dan sipitung berdiri di hadapannya dan
mentertawakannya. Pangemanan kini kurang memperhatikan sebangsanya, dengan
semua tekanan yang dihadapinya Ia mulai sering mabuk-mabukan bahkan pergi
dengan wanita pnghibur. Wajahnya selalu gelisah. Istrinya yang sangat kecewa
dengan perubahan pangemanan akhirnya membawa keempat ananknya dan meninggalkan
pangemanan sendiri di Hindia. Mereka semua kini tinggal di Eropa.
Tugasnya terus berlanjut. Satu persatu warga pribumi yang
membuat pergerakan masuk kedalam daftarnya. Mula-mula syarikat islam yang
ternyata terus berkembang dengan beribu anggotanya yang tersebar di seluruh
hindia menjadi tugasnya. Setelah Syarikat berhasil dilemahkan, ternyata hal itu
malah membuat organisasi lain bermunculan dimana-mana. Kini pribumi di berbagai
wilayah ikut membentuk organisasi. Hal ini tentu saja sangat menyibukan
pangemanan.
Kaum terpelajar pribumi mulai gencar menbuat tulisan di
majalah dan koran. Tulisan-tulisan tersebut dianggap membahayakan posisi
gubermen. Kini beberapa orang menjadi targetnya diantaranya adalah douwager,
wardi, tjiptomangun, marco, siti soendari, dan yang lainnya.
Dengan otak
kolonialnya, Pangemanann berhasil membuat para
generasi ‘pemikir’ Hindia, seperti Siti Soendari dan yang
lainnya, ‘tersingkir’ dari papan percaturan kehidupan di
Hindia.
Akhirnya minke bebas dari masa pengasingannya. Lima tahun telah berlalu.
Dulu minke sangat dikenal, tapi kini minke telah dilupakan. Persediaan
keuangannya mulai menipis dan kesehatannya pun mulai menurun. Dalam keadaan
yang seperti itu ia terus mengembara dari pasar ke pasar. Ternyata kemudian ia
ditampung oleh salah seorang sahabat yang lama, Goenawan, yang telah dikucilkan
oleh Syarikat Islam setelah kekuasaannya Mas Tjokro. Dalam
keadaan sakit Raden Mas Minke dibawa kembali oleh Goenawan pulang kerumahnya
dan meniggal dunia dalam perawatannya.
Kematian
Minke akhirnya menyadarkan pangemanan betapa
hinanya dia sebagai manusia. Pertemuannya dengan Madame Sanikem Le Boucq dari
Prancis ke Betawi untuk mencari anak rohaninya—Minke—membuatnya semakin
tenggelam dalam penyesalan. Ia lah penyebab kematian Minke, seorang musuh
sekaligus gurunya, orang yang selama ini selalu dikaguminya sebagai seorang
pribadi yang berprinsip dan sebagai seorang manusia yang bebas.
Dalam
penyesalan yang amat sangat, melalui pembantunya, ia menyerahkan semua
tulisan-tulisan “Rumah Kaca”-nya beserta semua naskah milik R.M. Minke—Bumi
Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah— kepada Madame Sanikem Le Boucq
sebelum ia (Pangemanann) memutuskan pergi ke Belanda.
Kajian
Struktural Novel RUMAH KACA
1. Unsur
Intrinsik
·
Tema
Novel Rumah Kaca mengangkat tema tentang
cara pengarsipan
yang rapi atas semua tindak tanduk pribumi. Kegiatan pengarsipan ini menjadi salah satu
kegiatan polotik yang dapat membatasi pergerakan kemerdekaan yang tergabung
dalam berbagai organisasi. Arsip menjadi mata radar Hindia yang disimpan
dimana-mana
untuk merekam apapun aktivitas pribumi pada waktu itu. Penulis dari novel
ini (Pramoedya) dengan cerdas mengistilahkan politik arsip itu sebagai
kegiantan pe-rumahkaca-an.
·
Penokohan
Tokoh
utama novel Rumah kaca adalah
saya (pangemanan dengan dua n)
dan Tokoh lain yang banyak diceritakan dalam novel ini adalah sebagai berikut:
1.
Jacques Pangemanan
Pangemanan
adalah seorang juru arsip berusia 50 th yang bekerja pada Algemeene Secretarie.
Tugas utamanya adalah memata-matai pergerakan organisasi pribumi dan membuat
semacam perintah diam-diam untuk menumbangkan
siapa dan apa saja yang sekiranya dapat meletuskan semangat nasionalisme Hindia
yang bisa mengancam kedudukan penguasa Belanda di Hindia.
Dalam
hati kecilnya tugas itu sangat berlawanan dengan keinginannya. Namun Ia tidak
bisa berbuat apa-apa. Pangemanann sendiri merasa jijik dengan tugas tersebut:
dengan pendidikan tinggi Eropa yang telah dipelajarinya ia berlaku curang
kepada orang yang tidak bersalah. Ia menyadari itu, tetapi nurani kemanusiannya
terkalahkan oleh akal dan semangat kolonialnya. Harta, pangkat, kedudukan, dan
jabatan telah membuatnya lupa akan dirinya, lupa akan keluarganya, dan lupa
akan siapa yang harus dibelanya.
Sejak
kecil pangemanan telah ditinggal pergi oleh orang tuanya. Dia yatim piatu.
Kemudian dia dirawat oleh adik dari ayahnya Frederick Pangemanan. Menjelang
lulus E.L.S. di menado dia kemudian tinggal bersama tuan De Cagnie seorang Prancis
yang bekerja sebagai Apoteker.
Dalam
menjalankan tugasnya dia sangat mengagumi sosok Minke yang ternyata menjadi
salah satu pribumi yang harus ia singkirkan. Kematian Minke setelah keluar dari
pengasingannya akhirnya dapat menyadarkan Pangemanan. Akhirnya Pangemanan kembali
ke Belanda dan meninggalkan Hindia.
2.
Minke Atau R.M.Tirto Adhi Soerjo
Dalam
novel ini minke atau dalam kehidupan nyata dikenal sebagai R.M.Tirto Adhi Soerjo digambarkan sebagai
seorang terpelajar pribumi yang selalu mencintai bangsa dan tanah airnya
Hindia, mencoba memajukan bangsanya, dan berusaha keadilan ditegakkan didalam
masa-masa hidupnya, untuk bangsanya diatas bumi Hindia, untuk segala bangsa
diatas bumi manusia. Dia pernah sekolah
kedokteran, namun tidak sampai selesai. Dia selalu
berpakaian jawa: destar, baju tutup putih dengan rantai emas arloji tergantung
pada saku atas bajunya, berkain batik dengan wiron agak lebar dan berselop
kulit. Kulit agak langsat, kumis terpelihara baik, hitam lebat dan terpilin
meruncing keatas pada ujung-ujungnya. Langkahnya tegap, diwibawahi perawakan
yang kukuh. Tingginya
agak mendekati 1.65 meter. Beribu-ribu pengikutnya, terdiri dari muslim putih
dan terutama abangan dari golongan mardika. Orang memaafkan, melupakan, menutup
mata terhadap kekurangannya. Ia lebih mudah bergaul dengan orang Eropa dari
pada dengan pengikutnya sendiri.
Minke
atau Tirto mengawali karier jurnalisnya sebagai koresponden Hindia Ollanda
pada tahun 1894 tanpa gaji dan hanya dibayar dengan edisi gratis surat kabar
itu. Kecakapannya sebagai editor pribumi mulai mapan ketika ia menjadi pimpinan
redaksi Pemberita Betawi pada April 1902, ketika pada waktu yang sama
ia juga bekerja sebagai asisten F.Wiggers, editor harian Warna Sari
,yaitu sebuah harian yang di usahakan L.Weber di Bogor dan pertama terbit pada
1 Oktober 1901 (Ahmat Adam,2003;186)
Dari
tulisannya tersebut akhirnya pangemanan menemukannya sebagai salah satu pelajar
pribumi yang dapat mengancam kedudukan Gubermen di Hindia. Selain tulisannya,
minke juga berhasil menjadi pemimpin Serikat Dagang Islam yang dikenal dan
disegani banyak orang.
Akhirnya
Minke diasingkan ke maluku selama lima tahun. Setelah dibebaskan ternyata
masyarakt terlah jauh melupakan dia. Dia jatuh miskin dan sakit hingga akhirnya
dia meninggal karena penyakit disentri yang dideritanya.
3. Tuan
De Cagnie
Tuan
De Cagnie adalah ayah angkat dari Pangemanan. Dia seorang Prancis yang bekerja
sebagai Apoteker. Dia menyayangi Pangemanan seperti anaknya sendiri. Dari
pernikahannya dia tidak dikaruniai seorang anakpun. Dia tinggal di Lyon dan
disana Ia memiliki Apotik dan pabrik obat kecil.
4. Komisaris
Besar Donald Nicolson
Dia
adalah atasan Pangemanan ketika menjadi Komisaris Polisi. Dia adalah seorang
totok Eropa yang tidak senang karena seorang peranakan seperti Pangemanan menjabat
sebagai komisaris polisi. Dialah yang
memberikan tugas pada pangemanan untuk menghentikan sepak terjang Minke dan
menberikan Suurhof sebagai rekan Pangemanan yang ternyata malah memberikan
berbagai masalah pada Pangemanan.
5.
Madame Paulette
Madam
paulette adalah istri dari pangemanan. Dia adalah istri yang cantik setia dan
menyayangi suaminya. Dia sangat memperhatikan pangemanan. Seorang perempuan luar
biasa yang selalu menyertai suaminya dalam duka maupun suka. Dia berasal dari Lyon Prancis. Seorang gadis tani
yang tidak tahu apa-apa tentang dunia. Kemudian menikah dengan Pangemanan disebuah
kereja desa yang telah tua disakskan oleh orang tua mereka yang tidak
menyetujui. Sejak menikah dia mengikuti suaminya kemanapun Pangemanan pergi.
Mulai dari Nederland kemudian Hindia. Darinya pangemanan memiliki empat orang
anak. Dua orang sedang sekolah di Nederland dan dua orang lagi tinggal bersama
mereka. Namanya Marquis, Desire, Andre
Dan Henri. Selama pernikahannya Ia menjadi pendamping Pangemanan yang setia.
Namun ketika pengemanan mulai berubah, sering minum-minum dan kurang
memperhatikan dirinya beserta keempat anaknya, akhirnya Madame Paulette pergi
ke Eropa bersama anak-anaknya meninggalkan Pangemanan sendiri di Hindia.
6. Tuan L
Ia
seorang Belanda totok, muda, seorang arsivaris yang tak banyak diketahui oleh
umum. Ia lebih suka mengenakan lornyet yang terikat dengan rantai emas tipis
dan halus. Berbaju tutup dari lena putih juga celananya. Rambut pirang sibak
tengah. Sepatunya hitam tubuhnya agak tinggi dan berisi. Dia bekerja di s’Landscharchief.
Disana dia mempelajari berbagai arsip tentang pribumi yang disusunnya. Dia
orang yang pintar dan mengerti tentang perkembangan pribumi.
Tuan L adalah orang yang banyak memberikan
informasi tentang pribumi jawa dan perkembangannya pada pangemanan. Darinya
pangemanan tahu banyak hal tentang pribumi. Tuan L adalah sosok yang sangat
mengagumi jawa dengan segala kelebihannya. Namun sangat disayangkan karena
pribumi jawa yang mudah menerima orang lain dalam kehidupannya shingga akhirnya
mereka dapat dijajah dengan mudah.
7. Nyi
Juju
Dia
adalah salah satu orang yang tertangkap ketika penggerebekan Si Pitung.
8. Nyi
Romlah
Dia
adalah Ibu dari Nyi Juju yang juga ikut tertangkap.
9. Pinkerton
Dia
adalah sanak tuan-tuan tanah Abang berbangsa Inggris, seorang Joki yang
beberapa kali menang balap kuda. Dia adalah orang yang mempekosa Nyi Romlah dan
Ayah dari Nyi Juju. Bukan hanya Nyi Romlah saja korbannya tapi masih banyak
lagi yang lainnya.
10. Gubernur
Jendral Daendels
Dia
adalah orang yang memiliki ambisi militer membangun pertahanan di seluruh jawa
untuk menahan masuknya balatentara Inggris di Hindia dan Jawa khususnya. Dia
adalah orang yang membuat jalan militer Anyer-Banyuangi. Ketika pembangunan, ia
bangkrut akhirnya dia menjual tanah-tanah Gubermen.
11. Mr.
K.
Dia
adalah Intelektual dan sarjana hukum yang disegani oleh tokoh-tokoh kolonial.
Ia dianggap teotritikus kolonial tanpa tanding. Namanya jarang terpampang di
pers karena dia jarang menulis. Pandangannya dapat membuat orang menunduk dan
suaranya memaksa orang untuk menekur mendengarkan. Dikalangan elite dia selalu
menjadi perhatian. Dan orang-orang menunggu apa yang akan dikatakannya. Ia
lebih banyak di Eropa dari pada di Hindia. Dia adalah pembicara ketika diadakan
deklamasi. Dia adalah orang yang memberitahu pangemanan bahwa Filifina kedua
bisa saja terjadi d Hindia. Maksudnya adalah terpelajar pribumi Filifina yang
memberontak terhadap Spanyol sabagai penjajahnya yang bekerja sama dengan Amerika
Serikat.
12. Tuan
De Man
Dia
adalah orang yang bekerja pada tuan L. Tugasnya dalam novel ini adalah
mengawasi pangemanan ketika mempelajari arsip-arsip yang selama ini di susun
oleh tuan L.
13. Tuan
R.
Dia
adalah atasan Pangemanan di Algeemene Secretarie. Ia seorang Sarjana Hukum, berkebangsaan
Prancis dan didikan prancis. Seorang yang cerdas dan pandai. Sayang sedikit,
bila dia akan mengambil keputusan dia berubah jadi peragu.
Ia
adalah seorang konservatif dalam segala hal yang bersifat Prancis. Dia juga
orang yang mudah tersinggung ketika kebangsaan Prancis terpojokkan dalam salah
satu tulisan di koran. Dengan tidak berpikir panjang dia memberikan perintah
untuk membereskan penulisnya hanya karena masalah pribadi.
14. Tuan
Mr. De Lange
Dia
adalah orang yang pangemanan gantikan posisinya di Algeemene Secretarie. Dia
meninggal bunuh diri di ruangannya. Tidak ada yang mengetahui apa penyebabnya.
Tapi hal itu membuat pangemanan takut dan gelisah shingga ia tidak berani
berada di ruangaanya sendirian. Dia masih muda baru lima tahun lulus
universitas ketika meninggal. Ternyata dia adalah orang yang selama ini memplajari
tulisan pangemanan selama menjabat sebagai Komisaris Polisi.
15. Hadji
Samadi
Dia
adalah pemimpin Syarikat Islam setelah Minke diasingkan. Bertambahnya anggota Syarikat
setelah Minke diasingkan justru malah membuat Hadji Samadi kebingungan. Dia
memang kurang memiliki jiwa kepemimpinan. Dia kebingungan terhadap apa yang
akan dilakukan dengan anggota sebanyak itu. Akhirnya dia berkeliling keluar
jawa untuk mencari pribumi terpelajar yang dapat bekerja sama membantunya.
16. Firts
Dortier
Dia
adalah seorang pesuruh yang bekerja di Algeemene Secretarie. Dia berpakaian
serba putih, seorang peranakan yang ganteng, bermata tajam dan berhidung mancung.
Ia adalah lulusan Sekolah Dasar. Dia masih muda. Sehingga terkadang sikapnya
yang kurang hormat membuat Pangemanan tersinggung. Dia adalah orang yang
dipergoki pangemanan sedang membaca dokumen rahasia di truang kerjanya. Karena
kesalahannya akhirnya dia dikeluarkan.
17. Nikolaas
Knor
Ia
adalah seorang totok bertubuh gemuk dan tidak begitu tinggi. Seluruh rambutnya
sudah putih. Ia mengenakan pakaian dinas putih-putih. Ia adalah seorang
pengatur rumah tangga di algeemene Secretarie. Dia orang yang baik , hormat dan
sopan. Dia adalah orang yang memberitahu pangemanan akan apa yang terjadi pada
orang yang jabatannya digantikan oleh pangemanan.
18. Tuan
GR.
Dia
adalah pegawai di Algeemene Secretarie. Dia merupakan orang yang memerlukan
beberapa informasi dan bantuan pangemanan. Beberapa kali Tuan GR mengorek
informasi yang ia perlukan dari pangemanan. Mereka sering terlibat percakapan
yang panjang tentang perkembangan pribumi.
19. Marko Kartodikromo
Dia
adalah seorang pemuda polos, namun cerdas dan ia pun adalah orang keprecayaan
Minke. Setelah dewasa dia mengubah huruf k pada namanya sehingga menjadi Marco.
Ia selalu bercelana pantolan putih, dan berbaju putih. Sisirannya selalu rapi
sibak tengah, matanya selalu dibukanya lebar-lebar, seakan-akan tidak ingin
kehilangan sesuatu atas segala yang terjadi diskelilingnya. Ia sampaikan segala
yang diketahuinya pada siapa saja orang yang mau menyerahkan perhatian padanya.
20. Prinses
Van Kasiruta
Dia
adalah gadis yang dinikahi oleh Minke dan mempunyai daya tarik tersendiri dan
merupakan putri dari Raja Ambon yang dibuang ke Sukabumi. Prinses juga bekerja
dan membantu berjalannya Medan Prijaji karena atas permintaan Minke. Dia merupakan
seorang penembak yang mahir. Dia adalah seorang istri yang setia dan mengabdi
pada suaminya. Dia bahkan tidak segan menembak robert shurhop yang ia kira akan
membunuh minke.
21. Gubernur
Jenderal Van Heutsz
Gubernur
Hindia yang sangat disegani. Dia adalah orang yang berhasil melumpuhkan perlawanan
bersenjata diseluruh Hindia.
22. Gubernur Jenderal Idenburg
Dia
adalah pengganti dari Gubernur Jenderal Van Heutsz. Dia
adalah orang yang mendirikan H.C.S. sekolah Hollandsch Chineesche School
sekolah dasar berbahasa Belanda untuk anak Tionghoa. Dengan didirikannya
sekolah ini dia berharap orang Tionghoa yang berada di Hindia akan berpihak
pada Eropa dan tidak ikut memberontak membuat Revolusi Tiongkok seperti Sun Yat
Sen di Hindia.
23. Cor Oosterhof
Dia
adalah orang yang membantu pangemanan untuk menghentikan perkembangan Syarikat
Islam yang anggotanya terus bertambah setelah minke diasingkan. Dia mengetahui
banyak orang di hindia juga perbuatan dan persoalan penduduk Tionghoa di jawa.
Cor Oosterhop adalah orang yang dapat diandalkan pangemanan dan jauh lebih baik
dari Suurhof pembantunya yang dulu. Sikap dan jiwanya tegar. Pada awalnya dia
merasa tidak mampu untuk membantu pangemanan membuat kekacauan pada Syarikat.
Namun akhirnya dia mencobanya. Dan hasilnya ternyata sangat memuaskan. Anggota Syarikat
dimana-mana atas pengaruhnya langsung membuat keonaran yang akhirnya membuat
organisasi ini tak lagi dipercaya.
24. Sun Yat
Sen
Dia
adalah seorang dokter yang akhirnya menjadi Presiden dan Pemimpin Tiongkok. Dia
adalah orang yang dikagumi. Dia melakuka hal yang sebelumnya dianggap tidak
mungkin yaitu menertibkan geromnolan teror internasional bernama Thong.
Gerombolan yang beroperasi hampir di semua kota pelabuhan. Yang akhirnya tiba
di surabaya. Dia adalah pencetus dan otak dari Nasionalisme Tiongkok yang berhasil
dan memprakarsai Revolusi Tiongkok.
25. Piah
Dia
adalah seorang pembantu yang setia terhadap majikannya. Dia bekerja untuk minke
dan istrinya. Ketika minke diasingkan, dengan setia dia mendampingi istri minke
kemanapun dia prgi.
26. Robert Suurhof
Suurhof
adalah Seorang bayaran yang kerjanya menakut-nakuti penjabat kecil setempat dan
penduduk yang tak berdaya, penjual seribu macam kesakitanpalsu agar tunduk pada
keinginan bangsa Eropa. Selain itu dia juga orang yang angkuh dan merasa
dirinya orang besar karena mendapat perlindungan dari kepolisisan. Dia
berpakaian serba drill, seperti seorang pegawai perkebunan. Topinya sebuah
polkah sewarna dengan bajunya. Gigi gingsulnya pada bagian kiri begitu putih
gemerlapan seperti mutiara. Wajahnya yang terlalu sering terbakar matahari
berkerut-kerut jadi garis-garis kaku.
27. Rientje
de Roo
Dia
adalah seorang wanita penghibur yang bekerja untuk suurhof. Dia masih muda,
cantik, menarik dan kulitnya halus. Dia merupakan seorang anak yang direnggut
dari keluarganya oleh suurhof dan terpaksa harus mengikuti semua perintah
suurhof. Rientje dua kali bertemu dengan pangemanan. Dia adalah orang yang
pangemanan temui ketika mulai pengap dengan pekerjaannya. Pada akhirnya Rientje
meninggal dengan mengenggam buku merah yang didalamnya terdapat nama
Pangemanan. Kematiannya sempat memberikan masalah pada pangmanan namun, itu
tidak berlangsung lama.
28. Siti Soendari
Siti
Soendari adalah lulusan H.B.S. Semarang. Ia kelahiran Pemalang. Ia seorang aktivis
Jong Java dan selalu duduk dalam pimpinan. Ia berasal dari kelurga terpelajar.
Ayahnya seorang jebolan STOVIA dan menjabat kepala Pegadaian Negeri Pemalang,
di samping juga seorang tuan tanah yang berhasil. Ayahnya Soendari mempunyai
seorang anak lelaki, abang Soendari. Setelah lulus H.B.S. ia dikirim ke
Nederland untuk meneruskan ke H.B.S. lima tahun. Kemudian meneruskan sekolahnya
pada Hoge Handelsscool di Rotterdam. Semua atas biaya keluarga.
Siti Soendari selalu
berpakaian rapi, berkain dan berkebaya, berselop beledu hitam, yang disulam
berbunga-bunga. Kainnya terpasang sampai mata kaki, datar, tak ada bagian lebih
rendah atau lebih tinggi. Sanggulnya di hias dengan tusuk sanggul dari tanduk,
dihiasi dengan keris kecil dan perak. Kebayanya selalu dari kain katun bikinan
Nederland. Sebagaimana patutnya wanita Jawa, Ia selalu mengenakan perhiasan
dari emas yang termasuk mahal. Bahkan anting-antingnya dari berlian biru. Ia
bersolek, baik di dalam maupun diluar rumah. Sedang tingkah-lakunya selalu
sopan santun dan lemah lembut.
Ia mengajar
pada sekolah dasar berbahasa Belanda, Boedi Moeljo. Seminggu sekali anak-anak
dari kelas tertinggi ia bawah kesawah atau ladang, dan disana ia habiskan mata
pelajaran berbahasa belanda. Dengan jalan seperti itu murid-murid menjadi
gairah mempelajari Belanda, dan menjadi lebih dekat padanya.
Siti Soendari adalah
remaja yang cerdas. Seringkali Ia memuat tulisannya di koran dan majalah. Dari
tulisannya tersebut Soendari dapat mempengaruhi pemikiran pribumi. Warga
pribumi semakin giat berorganisasi. Sepak terjang dari Siti Soendari ini
dianggap berbahaya mengancam kedudukan Gubermen. Sehingga Siti Soendari masuk
kedalam daftar tugas Pangemanan. Akhirnya pergerakan Siti Soendaripun dapat
dihentikan oleh Pangemanan melalui Ayah Siti Soendari.
29.
Wardi
Wardi berasal
dari ningrat tinggi Jawa, tapi dia meninggalkan keningratannya dan membuang
semua gelar pada namanya. Dia tumbuh dengan berbagai penderitaan pribumi
disekelilingnya. Sehingga dia menjadi pribadi yang tegas. Dia adalah salah satu
pendiri Indische Partij. Wardi seringkali memuat tulisannya di koran.
Tulisannya tersebut seringkali menyinggung gubermen. Hingga akhirnya Wardi
diasingkan ke Eropa bersama rekannya Douwager.
30.
D.Douwager
Dia adalah
orang yang sukamenyebut-nyebut sebagai kemenakan Multatuli. Pada pundaknya Ia memikul
banyak pengalaman masa lalu. Ia dijauhi orang kolonial karena dianggap
mempunyai pikiran yang aneh yaitu memimpikan Republik Afrika Selatan untuk Hindia.
Dia datang dari Afrika Selatan membawa luka dan kekalahan. Di Hindia dia
mendirikan organisasi politik Indische Partij bersama dengan Wardi dan
Tjiptomangun.
31.
Mas Tjokro
Dia adalah
ketua umum Syarikat Islam. Jabatan tersebut di dapatkan sebagai pemberian dari
Hadji Samadi. Pers luar negeri pernah menjulukinya sebagai kaisar tanpa
mahkota. Sebenarnya hal itu hanya sebagai ejekan tapi lain halnya dengan Tjokro
yang menganggap itu sebagai kehormatan. Bagi terpelajar yang mengerti sejarah, dan
semangat Eropa, julukan itu sungguh-sungguh bukan kehormatan, tapi penghinaan.
Seorang yang tak tahu suka duka organisasi tiba-tiba jadi pemimpin. Dalam
kepemimpinannya sebenarnya dia hanya menggunakan jabatannya sebagai ketua
Syarikat Islam untuk meningkatkan prestisenya di kalangan masyarakat.
32.
Madame Sanikem Le Boucq
Dia datang dari Prancis
ke Betawi untuk mencari anak rohaninya Minke yang telah meninggal. Dia bertemu dengan pangemanan. Pada akhirnya
pangemanan menyerahkan semua tulisan minke yang ada padanya kepada madam
sanikem. Selain catatan minke (Bumi
Manusia, Anak Semua Bangsa dan Jejak Langkah), pangemanan
juga menyerahkan tulisan Rumah Kaca miliknya.
·
Plot atau alur cerita
Novel
ini menggunakan alur maju mundur. Secara keseluruhan alur novel ini adalah alur
maju, tetapi pada bagian-bagian tertentu pembaca
kembali dibawa pada peristiwa-peristiwa masa lalu. Novel Rumah kaca merupakan novel terakhir dari tetralogi
Pulau Buru yang sangat berbeda dari tiga novel sebelumnya (Bumi Manusia, Anak Semua
Bangsa dan Jejak
Langkah). Dalam novel ini kembali
dibahas sebagian dari isi ketiga novel tersebut. Novel Rumah Kaca juga berbeda
dengan novel pertama sampai ketiga, yang menjadi narator dalam buku ini
bukanlah Minke, melainkan seorang mantan Komisaris Polisi bernama Pangemanann dengan
dua n.
·
Latar
a.
Latar
Tempat
Latar tempat yang digunakan dalam
novel ini adalah tempat kerja dan tempat
tinggal Pangemanan di Hindia. Mulai dari Harmonie, Agleemene Secretarie, s’Landscharchief, Kafe, rumah pangemanan di Buitenzorg dan tempat-tempat lain
yang pangemanan kunjungi berhubungan dengan tugasnya di seluruh hindia seperti
maluku, aceh, dan yang lainnya.
b.
Latar
Waktu
Latar waktu dalam
novel ini adalah ketika penjajahan Belanda di Hindia. Tepatnya adalah ketika
organisasi-organisasi di Hindia mulai berkembang.
c.
Latar
Suasana
Latar suasana yang ada dalam novel
ini kebanyakan adalah pertentangan batin pangemanan. Dia
seringkali gelisah, malu dan terhina karena tugasnya yang memalukan. Selain itu
ada juga latar suasana yang lainnya sperti:
-
Sepi
Latar suasana sepi
salah satunya adalah ketika pangemanan duduk sendiri di ruang kerjanya dan
kebingungan akan apa yang dia lakukan dengan setumpuk tugasnya. Dengan segudang
tekanan batin yang dialaminya pangemanan tidak bisa berbagi pada siapapun
termasuk pada istrinya. Seringkali dia menyendiri di ruang kerja dengan hanya
minuman yang menemaninya.
-
Emosi
Salah satu cerita yang
menggambarkan suasan emosi ialah ketika
pangemanan mendapat tekanan dari Tuan R atasannya. Dia diperintahkan untuk
mengerjakan tugas dalam waktu hari itu juga. Tugas yang sebenarnya pangemanan
anggap bukanlah tugasnya. Karena hal itu berhubungan dengan pribadi atasannya
yang tersinggung akan salah satu tulisan di koran yang memojokkan kebangsaannya
sebagai seorang Prancis.
-
Takut
Suasana ketakutan
ditunjukkan Pangemanan ketika hari pertama berada di ruang kerja barunya di
Algeemene Secretarie. Dia melihat sesosok bayangan yang tidak dikenalnya.
Setelah mencari tahu ternyata di ruangan itu baru saja terjadi kasus bunuh
diri. Yang meninggal tidak lain adalah orang yang Ia gantikan posisinya di
sana. Saking takutnya Pangemanan tidak berani menutup pintu ruang kerjanya dan
membiarkannya terbuka begitu saja.
-
Gugup
Latar suasana ini
ditunjukkan oleh salah seorang pesuruh di Algeemene Secretarie ketika dia
dipergoki Pangemanan masuk ke ruang kerjanya tanpa ijin.
-
Sedih
Salah satu cerita yang
menggambarkan suasana sedih dalam novel
ini adalah ketika pangemanan mengira bahwa dirinya sama sekali tidak dihargai
oleh atasannya. Setelah keberhasilannya mengasingkan minke ke maluku, dia malah
mendapatkan surat pemberhentian. Dia sangat sedih dan terpuruk sehingga jatuh
tersungkur ke tempat tidurnya. Ia sampai tidak berani membuka surat yang
sebenarnya merupakan surat pindah kerjanya ke tempat baru yang kedudukannya
lebih tinggi. Selain itu suasana sedih juga ditunjukkan ketika pangemanan
ditinggalkan oleh istri dan anak-anaknya.
-
Kesal
Suasana kesal
sangat terlihat ketika pangemanan sendiri meratapi nasibnya. Dia sangat kesal
karena tidak bisa berbuat apa-apa selain mengerjakan tugas yang diperintahkan
terhadapnya walaupun sebenarnya hal itu diluar keinginannya.
-
Senang
Suasana senang
terlihat ketika pangemanan mengenang masa mudanya. Ketika dia pertama kali
bertemu dengan istrinya, ketika dia berkumpul dengan keluarganya, dan ketika ia
mendapatkan kenaikan pangkat di tempat kerjanya.
·
Sudut pandang
Dengan
bahasa yang lebih
dipahami pada masanya, novel ini bercerita tentang kehidupan Jacques Pangemanan,
yang sekaligus bertindak sebagai pencerita. Itulah sebabnya novel ini
menggunakan sudut pandang orang pertama yang juga terlibat dalam cerita. Hal itu ditunjukkan
dalam kutipan novel Rumah Kaca
(Toer, 2011
: 25)
“Dari kejauhan aku lihat
suurhof dan teman-temannya meninggalkan rumah. Ia menuju gerbang kebun
raya. Telah dilewati aku tanpa diketahuinny.”
Dari kutipan tersebut jelas terlihat bahwa sudut pandang
penulis dalam novel ini adalah orang pertama yang terlibat dalam cerita.
·
Gaya bahasa
Gaya
bahasa yang digunakan Pramoedya
dalam novel Rumah kaca
ini adalah gaya bahasa yang berkembang pada masa itu.
Mungkin bagi sebagian orang awalnya novel ini agak sulit untuk dimengerti
karena bahasanya masih menggunakan bahasa melayu pada jaman penjajahan. Namun
jika dibaca dengan teliti, sebenarnya novel ini adalah novel yang luar biasa.
Bukan hanya dari segi ceritanya, tapi juga dari segi bahasanya yang benar-benar
menunjukkan kondisi pada waktu itu. Gaya bahasa yang digunakan pramoedya kebanyak
menggunakan gaya bahasa perumpamaan. Walupun ada beberapa bagian dalam cerita
yang menggunakan gaya bahasa personifikasi dan hiperbola.
Gaya
bahasa perumpamaan, dilihat dari penggalan
cerita novel Rumah Kaca (Pramoedya, 2011:235)
“Syarikat aku anggap sebagai gelembung akibat
samudra kehidupan yang telah teraduk unsur modern.”
2. Unsur
Ekstrinsik
Selain unsur intrinsik,
dalam novel Rumah Kaca
ini amat kental dengan pengaruh unsur ekstrinsik. Unsur ekstrinsik yang ada
dalam novel tidak lepas dari latar belakang kehidupan pengarang. Ada pun
beberapa unsur ekstrinsik yang dibahas antara lain :
a. Identitas
novel:
Judul
novel :
RUMAH KACA
Pengarang :
PRAMOEDYA ANANTA TOER
Penerbit
:
Lentera Dipantara
Kota
terbit
:
Jakarta Timur
Jenis Buku : Novel
Genre : Fiksi - Roman
Desain
Sampul : Ong Hari Wahyu
Editor : Astuti Ananta Toer
Layout : Tim Lentera Dipantara
Tebal
halaman
:
646 halaman
Dimensi
Buku : Panjang 12,5 cm, Lebar 20cm
Cetakan Kelima, Septembet 2006
Cetakan
Keenam, Desember 2007
Cetakan
Ketujuh, Januari 2009
Cetakan
Kedelapan, Juni 20010
Cetakan
Kesembilan, September
2011
b. Riwayat
hidup pengarang
Pramoedya Ananta Toer (lahir di Blora, Jawa Tengah, 6 Februari 1925 – meninggal
di Jakarta, 30 April 2006 pada umur
81 tahun), secara luas dianggap sebagai salah satu pengarang yang produktif
dalam sejarah sastra Indonesia. Pramoedya
telah menghasilkan lebih dari 50 karya dan diterjemahkan ke dalam lebih dari 41
bahasa asing.
Masa kecil
Pramoedya
dilahirkan di Blora, di jantung
Pulau Jawa, pada 1925 sebagai
anak sulung dalam keluarganya. Ayahnya adalah seorang guru, sedangkan ibunya
berdagang nasi. Nama asli Pramoedya adalah Pramoedya Ananta Mastoer,
sebagaimana yang tertulis dalam koleksi cerita pendek semi-otobiografinya yang
berjudul Cerita Dari Blora. Karena nama keluarga Mastoer (nama ayahnya)
dirasakan terlalu aristokratik, ia menghilangkan awalan Jawa "Mas"
dari nama tersebut dan menggunakan "Toer" sebagai nama keluarganya.
Pramoedya menempuh pendidikan pada Sekolah Kejuruan Radio di Surabaya, dan
kemudian bekerja sebagai juru ketik untuk surat kabar Jepang di Jakarta selama pendudukan Jepang di Indonesia.
Pasca kemerdekaan Indonesia
Pada masa
kemerdekaan Indonesia, ia mengikuti kelompok militer di Jawa dan kerap
ditempatkan di Jakarta pada akhir perang kemerdekaan. Ia menulis cerpen serta buku
di sepanjang karier militernya dan ketika dipenjara Belanda di Jakarta
pada 1948 dan 1949. Pada 1950-an ia tinggal
di Belanda sebagai bagian dari program pertukaran budaya, dan ketika kembali ke
Indonesia ia menjadi
anggota Lekra, salah satu
organisasi sayap kiri di Indonesia. Gaya penulisannya berubah selama masa itu,
sebagaimana yang ditunjukkan dalam karyanya Korupsi, fiksi kritik pada
pamong praja yang jatuh di atas perangkap korupsi. Hal ini menciptakan friksi
antara dia dan pemerintahan Soekarno.
Selama masa
itu, ia mulai mempelajari penyiksaan terhadap Tionghoa Indonesia, kemudian pada
saat yang sama, ia pun mulai berhubungan erat dengan para penulis di Tiongkok.
Khususnya, ia menerbitkan rangkaian surat-menyurat dengan penulis Tionghoa yang
membicarakan sejarah Tionghoa di Indonesia, berjudul Hoakiau di Indonesia.
Ia merupakan kritikus yang tak mengacuhkan pemerintahan Jawa-sentris pada
keperluan dan keinginan dari daerah lain di Indonesia, dan secara terkenal
mengusulkan bahwa pemerintahan mesti dipindahkan ke luar Jawa. Pada 1960-an ia
ditahan pemerintahan Soeharto karena pandangan pro-Komunis Tiongkoknya. Bukunya
dilarang dari peredaran, dan ia ditahan tanpa pengadilan di Nusakambangan di lepas
pantai Jawa, dan akhirnya di pulau Buru di kawasan
timur Indonesia.Penahanan dan masa setelahnya
Selain
pernah ditahan selama 3 tahun pada masa kolonial dan 1 tahun pada masa Orde Lama, selama
masa Orde Baru Pramoedya
merasakan 14 tahun ditahan sebagai tahanan politik tanpa
proses pengadilan.
Ia dilarang
menulis selama masa penahanannya di Pulau Buru, namun
tetap mengatur untuk menulis serial karya terkenalnya yang berjudul Bumi Manusia, serial 4 kronik novel semi-fiksi
sejarah Indonesia. Tokoh utamanya Minke, bangsawan kecil Jawa, dicerminkan pada
pengalaman RM Tirto Adisuryo seorang tokoh pergerakkan pada zaman kolonial yang
mendirikan organisasi Sarekat Priyayi dan diakui oleh Pramoedya sebagai
organisasi nasional pertama. Jilid pertamanya dibawakan secara oral pada para
kawan sepenjaranya, dan sisanya diselundupkan ke luar negeri untuk dikoleksi
pengarang Australia dan
kemudian diterbitkan dalam bahasa Inggris dan Indonesia.
Pramoedya
dibebaskan dari tahanan pada 21 Desember 1979 dan mendapatkan surat pembebasan
secara hukum tidak bersalah dan tidak terlibat G30S/PKI, tapi masih
dikenakan tahanan rumah di Jakarta
hingga 1992, serta
tahanan kota dan tahanan negara hingga 1999, dan juga
wajib lapor satu kali seminggu ke Kodim Jakarta Timur selama kurang lebih 2 tahun.
c. Latar
Belakang Penciptaan Novel
Sumber
sejarah seringkali disebut juga data sejarah. Perkataan data merupakan jamak
dari kata tunggal datum (bahasa latin) yang berarti pemberitaan
(Kuntowijoyo, 1995:94). Data sejarah itu sendiri berarti bahan sejarah yang
memerlukan pengolahan, penyeleksian, dan pengkategorian (Dudung Abdurrahman,
1999: 30). Berdasarkan bahan, jenis sumber sejarah yang dominan digunakan
Pramoedya dalam penulisan roman Tetralogi Pulau Buru adalah sumber tertulis
yaitu surat kabar-surat kabar yang terbit diakhir abad 19 dan awal abad 20.
Pram menyatakan (dalam Andre Vltchek, 2006: 74) bahwa:
“Sebelum saya
ke Buru saya sudah punya konsep untuk “Tetralogi” dan sudah berniat menulis.
Kertas kerja serial novel ini sangat luas. Sebagian dikerjakan oleh mahasiswa
saya. Ceritanya begini: Suatu hari datang seorang profesor dari Universitas Leiden
menemui saya dan meminta saya untuk mengajar di Universitas Res Publica.Saya
jawab: ”Bagaimana saya bisa mengajar di universitas kalau SMP saja saya tidak
tamat?!. Tapi dia memaksa saya terus dan akhirnya saya terima juga. Ketika di
depan kelas, saya tidak tahu harus bagaimana mengajar mereka. Akhirnya saya
punya ide. Saya minta mahasiswa-mahasiswa saya untuk mempelajari surat kabar
dimulai dari awal abad dan buat kertas kerja untuk setiap era di dalam sejarah.
Naskah kerja inilah yang memberikan ide untuk konsep serial novel
saya”Tetralogi Buru”. Dengan menggunakan kertas kerja mahasiswa saya tersebut
saya juga bisa menulis buku Sang Pemula. Dengan konsep di kepala dan
kertas kerja mahasiswa tersebut semuanya menjadi mudah,tinggal duduk di depan
mesin tik saja”.
Sumber-sumber
induk yang dipakai adalah surat kabar terbitan-terbitan pokok R.M.Tirto Adhi
Soerjo, yang sebagian terbesar sudah dalam keadaan tidak utuh, bahkan ada yang
berupa sisa belaka yang compang-camping ( Pramoedya, 2003:10 ).
Adapun
terbitan-terbitan itu adalah:.1) Pemberita Betawi (harian)
Th.XVII, 1901, dan XVIII, 1902, dimana ia ( Tirto Adhi Soerjo) menjadi
redaktur, kemudian redaktur kepala dan penanggung jawab, milik Firma Albrecht
& Co Betawi, 2) Soenda Berita (mingguan) milik Tirto Adhi Soerjo
pribadi, terbit di Cianjur kemudian Weltevreden, Betawi, 3) Medan Prijaji
(Mingguan), milik NV Medan Prijaji dimana Tirto Adhi Soerjo menjabat sebagai
redaktur kepala, penanggung jawab dan direktur,4) Soeloeh Keadilan
(bulanan), milik NV.Medan Prijaji dengan R.M.Tirto Adhi Soerjo sebagai
direktur, 5) Poetri Hindia, milik NV Medan Prijaji dengan R. M. Tirto Adhi
Soerjo sebagai direktur, 6) Sarotomo, sebagai organ Serikat Dagang
Islam, 7) De Maleische Pers, 8) Pewarta S. S, 9) Sri
Pasoendan,10) Soeara B.O.W, 11) Soeara Pegadaian dan
lain sebagainya (Pramoedya, 2003:11). Surat-surat kabar tersebut didapatkan
dari koleksi Perpustakaan Nasional dan Perpustakaan Idayu, dua-duanya di
Jakarta. Selain daripada surat kabar, Pram juga menggunakan sumber tertulis lainnya
seperti buku, dokumen pemerintah yang berkaitan dengan masalah yang
dideskripsikan dalam Tetralogi Pulau Buru. Pram tidak hanya menggunakan sumber
tertulis, dia juga memakai sumber tidak tertulis yaitu dengan wawancara.
Wawancara ini dilakukan pada bulan Juli 1962 dengan R.Djojopranoto sebagai nara
sumbernya. R.Djojopranoto adalah seorang lulusan STOVIA,dari generasi yang
lebih muda dari R.M.Tirto Adhi Soerjo. Semasa wawancara R.Djojopranoto adalah
seorang guru bahasa Inggris, Prancis, Jerman, dan Rusia. R.Djojopranoto adalah
anggota Dewan Pimpinan C-SI tahun1916. Tidak jelas C-SI Surabaya dibawah
Tjokroaminoto atau C-SI Batavia atau C-SI tandingan dibawah Samanhoedi-Goenawan
( Pramoedya, 2003:100).
d. Penulisan Sejarah Dalam Roman
Tetralogi Pulau Buru
Roman
Tetralogi Pulau Buru ditulis setelah Pram semakin sadar bahwa manusia harus
mengetahui sejarahnya (the people must know their history). Roman
tetralogi ini menggambarkan tentang Minke, seorang sosok anak bangsa di tengah
perubahan zaman untuk bangsanya. Minke merupakan prototip dari R.M.Tirto Adhi
Soerjo. Riwayatnya terjadi di awal abad 20, suatu fase awal kebangkitan
nasional. Minke menjadi simbol bagaimana bangsa Indonesia yang tenggelam
dalam kegelapan, mulai memandang cahaya kebangkitannya. Sang tokoh juga
merupakan streotip para aktivis pergerakan ketika itu yaitu seorang anak
priyayi mendapat kesempatan menempuh pendidikan gaya Eropa (Barat). Roman
ini merupakan tulisan yang sarat dengan penyadaran sejarah, yang terutama
mengembangkan karakter-karakter manusia Hindia Belanda pada masanya. Mereka
terdiri dari orang Belanda, Indo, aktivis dari Cina (juga ada semacam germo),
seniman Perancis, pelacur Jepang, orang buangan dari Maluku dan tokoh-tokoh
pribumi,yang begitu kaya warna. Mereka hidup dan berjuang ditempat yang sama,
memperebutkan tempat yang sama, atas dasar kepentingan mereka masing-masing.
Dalam
Roman Tetralogi Pulau Buru dapat ditemukan nama tokoh-tokoh yang mudah dilacak
dari data sejarah. Adakalanya dengan nama sebenarnya, adakalanya nama samaran
yang mudah dikenal kembali: misalnya J.B.Van Heutsz yang dalam sejarah pers
Hindia mengubah sensor preventif menjadi represif, menjabat gubernur jendral di
Hindia Belanda pada periode 1904-1909, A.W.F.Idenburg merupakan gubernur
jendral yang mendapat sebutan ‘tangan besi’, menjabat sebagai pengganti Van
Heutsz yaitu pada periode 1909-1916, pengarang Marie van Zegelen, tokoh
sosialis dan tokoh progresif Belanda Ir.H.H.Van Kol yang hidup dalam periode
politik ethiek kolonial dalam roman ini bernama Kollewijn, atau Kartini dan
surat-suratnya yang diterbitkan oleh tuan Abendanon dengan judul Door
Duisternis tot Licht (Habis Gelap Terbitlah Terang) yang dalam
roman ini disebut De Zonnige Toekomst (Masa Depan Yang Bersinar
Terang). Dalam Roman ini juga kita dapat temukan Boedi Oetomo dan
dua pendirinya, dokter Jawa Wahidin Soediro husodo dan Soetomo. Hadji Samadi
dalam roman ini mewakili Samanhoedi, salah seorang pemimpin awal Sarekat
Islam. Douwager didentikkan dengan E.F.E.Douwes Dekker, pendiri Indische
Partij yang kemudian terkenal dengan nama Setia Budi, sedangkan Marko
mewakili tokoh Mas Marco Kartodikromo, aktivis politik kiri dan pengarang
berbagai roman. Bahkan roman Hikayat Siti Aini dengan pengarangnya
Hadji Moeloek, yang memang tidak terdapat dalam buku-buku sejarah sastra
Melayu/ Indonesia, ternyata bukan hasil imajinasi,melainkan penyamaran yang
mudah terbongkar dari roman Hikayat Siti Mariah,karangan penulis abad
kesembilan belas Hadji Mukti.
Minke
sebagai pemuda lugu berkembang menjadi seorang nasionalis yang berbahaya bagi
pemerintah kolonial Belanda. Minke merupakan gambaran semangat bangsanya
sendiri yang tengah berjuang meninggalkan keluguan-nya,menuju
pendewasaan diri sebagai bangsa yang hendak merdeka dan berdaulat. Bangsa Eropa
(Barat) yang semula dipuja oleh Minke karena ketinggian peradaban dengan ilmu
pengetahuannya menjadi kecil dan hina karena buruknya moral mereka. Moral buruk
mereka berwujud kedalam sistem kolonialisme yang mereka jalankan.