BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan
dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke
generasi. Setiap daerah memiliki budaya yang berbeda antara satu dengan yang
lainnya. Hal tersebut disebabkan oleh kebutuhan hidup yang berbeda di setiap
daerah. Budaya terus berkembang dari generasi ke generasi mengingat kebutuhan
manusia yang semakin banyak dan terus berkembang pula dalam berbagai aspek
kehidupan.
Kebudayaan yang terus berkembang akhirnya
mempengaruhi perubahan kebudayaan di setiap daerah. Perubahan kebudayaan yang
terlihat sangat jelas ada di daerah perkotaan. Bahkan di berbagai daerahpun masyarakat
sudah hidup dengan gaya modern sehingga cukup sulit menemukan kelompok
masyarakat yang masih memelihara budaya leluhurnya. Kebanyakan nilai-nilai
budaya leluhur telah ditinggalkan karena dianggap sudah tidak sesuai dengan
perkembangan jaman.
Namun dibeberapa daerah ternyata masih ditemukan
kelompok masyarakat yang memegang teguh budaya leluhurnya. Bahkan budaya itu
masih terpelihara sampai sekarang. Salah satu contohnya adalah dusun adat yang
terletak di Desa Karangpaningal
Kabupaten Ciamis. Dusun adat tersebut bernama Kampung Kuta.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan pada latar belakang, maka rumusan
masalah pada penulisan makalah ini, diantaranya :
1.
Bagaimana wujud dan unsur-unsur kebudayaan
yang terdapat di Kampung Kuta?
2.
Bagaimana sistem sosial dan proses
sosial dalam kelompok-kelompok masyarakat yang terdapat di Kampung Kuta?
3.
Apakah terdapat stratifikasi sosial di
Kampung Kuta?
4.
Bagaimana proses akulturasi budaya di
Kampung Kuta?
C.
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini, adalah :
1. Untuk
memenuhi tugas ujian tengah semester mata kuliah Sosiologi Antropologi
Pendidikan.
2.
Untuk mengetahui wujud dan unsur-unsur kebudayaan
yang terdapat di Kampung Kuta.
3.
Untuk mengetahui sistem sosial dan
proses sosial dalam kelompok-kelompok masyarakat yang terdapat di Kampung Kuta.
4.
Untuk mengetahui apakah terdapat
stratifikasi sosial di Kampung Kuta.
5.
Untuk mengetahui proses akulturasi
budaya di Kampung Kuta.
6.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Riwayat Singkat Kampung Kuta
Kampung
Kuta merupakan salah satu dusun adat yang masih bertahan sampai sekarang.
Kampung kuta terletak di Desa Karangpaningal, Kecamatan Tambaksari Kabupaten
Ciamis. Daerah ini disebut kampung kuta karena terletak dalam lembah yang
dikelilingi tebing-tebing curam setinggi 30-60m, seakan-akan dipagari oleh
tembok-tembok besar menjulang. Tebing-tebing tersebut membentuk lingkaran
sehingga tampak seperti sebuah mahkota dengan kampung kuta yang berada di
tengah-tangahnya.
Kampung kuta berbatasan langsung dengan jawa tengah.
Adapun batas-batas kampung kuta yaitu:
Sebelah
Barat : Kampung Margamulya
Sebelah
Timur : Sungai Cijolang / Jawa Tengah
Sebelah Utara :
Kampung Cibodas
Sebelah
Selatan : Sungai Cijolang / Jawa Tengah
Kampung kuta terletak di ujung Kabupaten Ciamis dan
cukup terpencil. Dari kabupaten Ciamis jaraknya sekitar 34 km menuju
arah utara. Dapat dicapai dengan mengunakan mobil angkutan umum sampai di
Kecamatan Rancah. Dari Kecamatan Rancah bisa mengunakan ojek. Jika kondisi
hujan sebaiknya tidak menggunakan mobil, karena kondisi jalan aspal yang
berkelok-kelok dan tanjakan yang cukup curam ketika hujan akan sangat licin. Selain
itu sebagian jalan juga rusak dan berlubang cukup dalam.
Jarak tempuh dari kampung kuta ke desa, kecamatan dan
kabupaten cukup jauh yaitu sekitar:
Kampung
kuta ke desa karang paningal 1 km
Kampung
kuta ke Kantor camat tambaksari 4km
Kampung
kuta ke Ibu kota kabupaten ciamis 45 km
Luas wilayah kampung kuta adalah sekitar 185,195 ha yang
terdiri dari:
Ancepan
2,184
Danau
0,135
Hutan
keramat 32,886
Pemukiman
9,733
Sawah
44,395
Kebun
89,831
Sungai
5,851
Masyarakat kampung kuta dengan kearifan tradisionalnya
telah berhasil mempertahankan kelestarin lingkungan dan budaya adat kampung
kuta. Keberhasilan tersebut telah menghantarkan masyarakat kampung kuta
memperoleh penghargaan kalpataru tingkat nassional tahun 2002. (Kategori
Penyelamat Lingkungan).
Penduduk yang ada dikampung kuta berjumlah 311 orang
yang terdiri dari 152 laki-laki dan 155 perempuan. Jumlah KK di Kampung Kuta
sebanyak 127, dengan 98 KK Laki-laki dan 19 KK Perempuan.
Warga
di kampung kuta meyakini bahwa Pada masa Prabu Sliwangi (Raja Galuh) pernah bermukim
di kampung Kuta dan merencanakan akan mendirikan keraton sebagai pusat Kerajaan
galuh. Bukti dari persiapan tersebut sampai sekarang masih ada yaitu :
1.
Semen merah dari tanah (yang bernama gunung semen).
2.
Kapur (terampar seluas 0,25 ha).
3.
Batu Soko (sebanyak 3 buah terletak di gunung gede).
Namun rencana
pembangunan tersebut gagal. Adapun barang–barang yang telah di buatnya
tersimpan di Gunung barang.
Di kampung
kuta terdapat orang yang bertugas untuk memelihara kampung Kuta yang diberinama
Kuncen (kunci). Adapun daftar nama sejak kuncen pertama sampai dengan Kuncen ke
lima adalah sebagai berikut :
1.
Kuncen Pertama : Aki Bumi
2.
Kuncen Kedua : Aki Danu
3.
Kuncen Ketiga : Aki Maena
4.
Kuncen Keempat : Aki Surabangsa
5.
Kuncen Kelima : Aki Rapisan
Kelima
kuncen tersebut di makamkan di makam Bumimargamulya. Adapun yang menjadi Kuncen
selanjutnya sampai sekarang harus keturunan Aki Rasipan.
B.
Wujud
dan unsur-unsur kebudayaan Kampung Kuta
Menurut
Edward Burnett Tylor, “Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di
dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat
istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota
masyarakat.”
Setiap kebudayaan memiliki wujud dan unsur
tersendiri. Adapun wujud kebudayaan Menurut J.J. Hoenigman dibedakan
menjadi tiga yaitu gagasan, aktivitas, dan artefak.
1.
Gagasan (Wujud
Ideal)
Wujud
ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai,
norma-norma,
peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak
tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam
kepala-kepala atau di alam pemikiran warga masyarakat.
Warga
kampung kuta sangat memegang adat leluhur yang sudah berumur ratusan tahun.
Segala sesuatu yang dilakukan oleh leluhurya masih dipelihara dan dilaksanakan
sampai sekarang. Warga di Kampung Kuta memiliki kata “pamali”. Yang mana
kata-kata terabut merupakan pantangan yang tidak boleh dilakukan oleh warga di kampung
kuta. Jika “pamali” dilanggar maka akan terjadi hal yang tidak diinginkan
seperti bencana.
Di kampung kuta terdapat hutan
keramat. Setiap warga yang ada disana memiliki aturan khusus untuk mengunjungi
hutan tersebut. Hutan keramat hanya bisa dimasuki pada hari senin dan jum’at,
itu pun harus diadakan ritual terlebih dahulu oleh kuncen yang ada di kampung
kuta. Setiap warga yang ingin memasuki hutan keramat harus didampingi oleh
kuncen. Ketika memasuki hutan keramat warga dilarang mengenakan alas kaki,
meludah, dan menebang pohon sembarangan. Karena peraturan tersebut akhirnya
warga disana dapat menjaga kelestarian hutan lindung, areal pohon aren,
sumber-sumber mata air, dan budaya bersih yang ada disana.
Ketika
berkunjung
ke kampung kuta, kita tidak akan melihat adanya sumur air disana. Karena warga
di kampung kuta dilarang untuk membuat sumur. Hal itu dikarenakan kondisi tanah
yang di kampung kuta yang tidak memungkinkan dibuatnya sumur air disana.
Walaupun demikian warga di kampung kuta tidak pernah kesulitan untuk
mendapatkan air bersih. Daerah sumber resapan air tejaga dengan baik. Air dari
pegunungan dialirkan kesetiap rumah warga menggunakan selang. Bukan hanya air
yang ada di daerah sumber air aja yang jernih. Sumber air yang digunakan untuk
mengairi sawahpun sangat jernih seperti air di pegunungan.
Aturan-aturan
yang ada dikampung kuta berbeda dengan aturan yang ada di daerah lain. Misalnya
dalam membangun rumah. Rumah tidak boleh berada dalam satu kawasan. Tapi harus
tersebar. Ketika membangun rumah harus memiliki pasangan dan saling berhadapan
sehingga jumlah rumah dalam satu kawasan selalu genap.
2.
Aktivitas (Tindakan)
Aktivitas
adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam
masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas
manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul
dengan manusia
lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan.
Sifatnya konkret,
terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan.
Mayoritas
warga kampung kuta memiliki mata pencaharian bertani dan beternak. Sehingga
aktivitas warga disana kebanyakan menggarap sawah, kebun, beternak dan ada sebagian
warga yang berdagang. Anak-anak yang ada dikampung kuta dapat menempuh
pendidikan tanpa batasan. Bahkan ada sebagian warga dari kampung kuta yang
belajar ke perguruan tinggi negeri seperti UNPAD. Namun kebanyakan warga kuta
yang telah berhasil di luar kota enggan kembali ke kampung kuta bahkan memilih
untuk menetap dan berkeluarga di tempat Ia belajar dan bekerja. Mereka baru
akan kembali ke kampung kuta pada hari-hari tertentu seperti Hari Raya Idul
Fitri.
Disiang hari kebanyakan dari warga kampung kuta
tidak berada dirumah. Mereka pergi ke ladang untuk bertani. Anak-anak pergi
sekolah dan baru pulang siang hari. Di malam hari baru kita bisa menjumpai
warga yang ada di kampung kuta secara keseluruhan. Biasanya warga berkumpul di
malam hari walaupun hanya sekedar untuk bercengkrama. Hal itu dapat
meningkatkan rasa kebersamaan yang ada di antara warga kampung kuta. Selain itu
di kampung kuta masih terdapat budaya gotong royong. Budaya gotong royong akan
terlihat ketika ada warga yang sedang membangun rumah, hajatan atau ketika
upacara adat. Khusus setiap hari senin dan jum’at sebagaian warga di kampung kuta
mengadakan ritual untuk mengunjungi hutan keramat.
3.
Artefak (Karya)
Artefak
adalah wujud kebudayaan fisik
yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam
masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan
didokumentasikan. Sifatnya paling konkret di antara ketiga wujud kebudayaan.
Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu
tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain.
Masyarakat
kampung kuta berbeda dengan masyarakat lainnya yaitu mempunyai rumah adat yang
bentuknya panggung beratapkan rumbia dan atau ijuk. Masyarakat kampung kuta masih berpegang pada
keyakinan amanat para leluhurnya dalam melestarikan rumah adat. Dalam membuat
rumah bentuknya harus persegi panjang, tidak boleh leter U ataupun leter L.
Sehingga kebanyakan rumah di kampung kuta bentuknya serupa. Yang membedakan
hanyalah jendela dan barang-barang yang ada di dalam rumah.
Kebanyakan benda-benda
yang terdapat dikampung kuta adalah benda-benda tradisional dan modern. Salah
satu contoh benda tradisional yang ada di kampung kuta adalah lesung. Lesung sudah
sangat jarang ditemui pada masa sekarang. Lesung biasa digunakan untuk menumbuk
padi menjadi beras. Teknologi di kampung kuta memang sudah mulai canggih.
Walaupun rumahnya terbuat dari kayu dan berbentuk panggung, namun di rumah-rumah
warga terlihat ada kulkas, televisi, parabola, handphone, mobil, listrik, dan
yang lainnya.
Menurut
koentjaraningrat (1980) ada tujuh unsur-unsur kebudayaan yang bersifat
universal atau universal cultural .
Berpatokan dari ketujuh unsur–unsur kebudayaan yang dianggap bersifat universal
tersebut maka didapat uraiannya unsur–unsur kebudayaan di Kampung Kuta adalah
sebagai berikut :
1.
Bahasa
Bahasa adalah alat atau perwujudan budaya yang digunakan
manusia untuk saling berkomunikasi atau berhubungan, baik lewat tulisan, lisan, ataupun gerakan (bahasa isyarat), dengan tujuan
menyampaikan maksud hati atau kemauan kepada lawan bicaranya atau orang lain.
Melalui bahasa, manusia dapat menyesuaikan diri dengan adat istiadat, tingkah
laku, tata krama masyarakat, dan sekaligus mudah membaurkan dirinya dengan
segala bentuk masyarakat.
Dalam segi bahasa, masyarakat kampung kuta sama
seperti masyarakat sunda pada umumnya. Hanya saja bahasa yang digunakan untuk
berkomunikasi sehari-hari di kampung kuta adalah bahasa sunda buhun atau bahasa
sunda yang masih terpelihara keasliannya. Sedangkan wujudnya berupa lisan,
tulisan, dan isyarat.
Bahasa lisan digunakan dalam kehidupan sehari-hari
baik secara langsung ataupun tidak langsung. Secara langsung misalnya bertatap
muka dan secara tidak langsung bisa menggunakan hand phone atau telepon genggam.
Selain bahasa lisan, masyarakat
kampung kuta juga menggunakan bahasa tulisan. Bentuknya berupa sms atau pesan
singkat melalui telepon genggam, papan pengumuman yang ada di sepanjang jalan
kampung kuta , dan beberapa arsip resmi tentang kampung kuta.
Bahasa isyarat yang digunakan di kampung kuta tidak
jauh berbeda dengan bahasa isyarat yang kita gunakan sehari-hari. Misalnya seperti
melambaikan tangan untuk memanggil, menggelengkan kepala untuk mengatakan tidak
atau jangan, dan sebagainya.
2.
Sistem Pengetahuan
Secara sederhana pengetahuan adalah segala sesuatu
yang diketahui manusia tentang benda, sifat, keadaan, dan harapan-harapan.
Sistem
pengetahuan masyarakat kampung kuta pada umumnya bersumber dari pendidikan
formal dan warisan leluhur. Pengetahuan warga kampung kuta yang berbeda dari
masyarakat pada umumnya adalah sistem pengetahuan yang bersumber dari warisan
leluhur. Warga di kampung kuta mempelajari kitab yang diwariskan secara turun
temurun. Di dalamnya terdapat ajaran tentang dasar-dasar kehidupan seperti “4 Pedoman
Hidup” yang harus dipegang agar meraih kesuksesan. Empat Pedoman itu
diantaranya adalah “Bener”, “Jujur”, “Iman”, dan “yakin”.
Selain
itu, ada empat alam yang diyakini oleh warga di kampung kuta yaitu tirta,
kerta, sanghara, dan dopara. Tirta merupakan alam para wali yang telah
terlewati masanya. Kerta adalah alam “ahli ngelmu” (alam dimana setiap orang
sibuk mancari ilmu) atau alam dimana ilmu pengetahuan berkembang dengan pesat.
Alam kerta adalah alam yang sedang kita jalani sekarang atau biasa kita sebut
dengan kehidupan modern. Sanghara adalah alam yang ganas. Disebut juga “Perang
Katilu” atau alam Pemutuhan. Pada alam ini akan terjadi kerusakan yang tidak
bisa dibayangkan. Manusia akan terbagi kedalam dua kelompok yaitu manusia yang
baik dan jahat. Disebut alam pemutihan karena manusia yang baik akan jelas
berbeda dengan manusia yang jahat. Sedangkan dopara adalah alam kubur atau alam
setelah kematian.
3.
Organisasi Sosial
Organisasi sosial adalah perkumpulan sosial yang
dibentuk oleh masyarakat, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum, yang berfungsi sebagai sarana partisipasi
masyarakat dalam pembangunan bangsa dan negara. Sebagai makhluk yang selalu hidup
bersama-sama, manusia membentuk organisasi sosial untuk mencapai
tujuan-tujuan tertentu yang tidak dapat mereka capai sendiri.
Di
kampung kuta terdapan dua organisasi sosial, yang pertama adalah organisasi
pemerintahan resmi dengan struktur kepengurusan mulai dari kepala desa sampai
RT dan RW. Yang membedakan organisasi sosial di kampung kuta dengan daerah
lainnya adalah adanya Struktur Kepengurusan Adat dengan susunan mulai dari
Penanggung Jawab, Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, Bendahara, Kuncen, Tokoh
Masyarakat, Dan Masyarakat.
Meski
ada kepemimpinan resmi tetapi perananya dianggap tidak penting, karena semua
keputusan berada ditangan sesepuh kampung kuta. Setiap kebijakan yang datang
dari pemerintah pusat harus melalui sesepuh terlebih dahulu, setelah itu baru sesepuh
yang memutuskan akan diterima atau tidak kebijakan tersebut.
4.
Sistem Peralatan Hidup dan
Teknologi
Teknologi
menyangkut cara-cara atau teknik memproduksi, memakai, serta memelihara segala
peralatan dan perlengkapan. Teknologi muncul dalam cara-cara manusia
mengorganisasikan masyarakat, dalam cara-cara mengekspresikan rasa keindahan,
atau dalam memproduksi hasil-hasil kesenian.
Sistem
peralatan hidup yang digunakan oleh warga di Kampung kuta masih sederhana
disesuaikan dengan kebutuhan dan keadaan lingkungan disana. Misalnya untuk
memenuhi kebutuhn air setiap hari, warga di kampung kuta mengalirkan air dari
gunung kerumah warga dengan menggunakan selang. Untuk bertani, alat yang
digunakan warga sama dengan para petani pada umumnya yaitu, pacul, celurit,
golok, dan yang lainnya.
Sedangkan
untuk teknologinya di Kampung Kuta sudah terdapat beberapa alat elektronik yang
canggih seperti kulkas, televisi, handphone, mobil, listrik
dan yang lainnya.
5.
Sistem Mata Pencaharian Hidup
Mayoritas
warga kampung kuta memiliki mata pencaharian bertani dan beternak. Sehingga
aktivitas warga disana kebanyakan menggarap sawah, menggarap kebun, beternak
dan ada sebagian warga yang berdagang. Di siang hari kampung terlihat sepi,
karena hampir semua warga pergi ke ladang untuk bertani.
6. Sistem
Religi
Ada
kalanya pengetahuan, pemahaman, dan daya tahan fisik manusia
dalam menguasai dan mengungkap rahasia-rahasia alam sangat terbatas. Secara
bersamaan, muncul keyakinan akan adanya penguasa tertinggi dari sistem jagad raya
ini, yang juga mengendalikan manusia sebagai salah satu bagian jagad raya.
Sehubungan dengan itu, baik secara individual maupun hidup bermasyarakat,
manusia tidak dapat dilepaskan dari religi
atau sistem kepercayaan kepada penguasa alam semesta.
Agama
dan sistem kepercayaan lainnya seringkali terintegrasi dengan kebudayaan. Agama
(bahasa Inggris: Religion, yang
berasar dari bahasa Latin religare, yang berarti
"menambatkan"), adalah sebuah unsur kebudayaan yang penting dalam
sejarah umat manusia.
Semua
masyarakat di kampung kuta memeluk agama islam. Kepercayaan leluhur dan agama
islam berjalan beriringan. Keduanya sama-sama memerintahkan pada kebaikan dan
melarang pada kejahatan. Walaupun semua masyarakat beragama islam, tapi mereka
masih mempertahankan kepercayaaan leluhur seperti membakar menyan, memberikan
sesajen, upacara-upacara adat, memasang tolak bala di pintu, dan kepercayaan
leluhur lainnya.
.
7.
Kesenian
Kesenian
mengacu pada nilai keindahan (estetika) yang berasal dari ekspresi hasrat manusia
akan keindahan yang dinikmati dengan mata
ataupun telinga.
Sebagai makhluk yang mempunyai cita rasa tinggi, manusia menghasilkan berbagai
corak kesenian mulai dari yang sederhana hingga perwujudan kesenian yang
kompleks.
Warga
kampung kuta sangat menjaga warisan dari leluhurnya. Salah satu dari warisan
itu adalah kesenian. Kampung kuta memiliki lebih dari satu kesenian,
diantaranya yaitu :
a.
Kesenian Ibing Buhun atau Ronggeng,
Ibing
buhun biasanya diiringi oleh kendang. Berbeda dengan ronggeng pada umumnya yang
menjadi penari bukanlah seorang gadis, melainkan wanita paruh baya yang telah
memiliki pengalaman. Salah satu lagu yang digunakan untuk mengiri ronggeng
menari yaitu renggong manis. Sebelu ibing buhun atau ronggeng dimainkan,
terlebih dahulu diadakan upacara adat.
b.
Kesenian Gondang
Kesenian
kondang selalu diadakan setiap kali ada hajatan. Baik itu pernikahan maupun
khitanan. Kesenian kondang diadakan di pagi buta. Ibu-ibu yang ada di kampung
kuta menumbuk padi dengan menggunakan lesung dan halu. Suara dihasilkan dari
halu yang dipukulkan ke lesung sambil menumbuk padi hingga menjadi beras.
c.
Kesenian Rengkong
Kesenian
ini adalah kesenian saat musim panen datang, yaitu proses memindahan atau
pengambilan padi dari sawah ketempat penyimpanan padi (leucit).
Selain
kesenian di atas di Kampung Kuta juga selalu melakukan upacara adat diantaranya
adalah :
a.
Babarit
Babarit
disebut juga tolak bala. Setiap warga meletakkan babarit di depan pintu.
Babarit terbuat dari tanaman yang telah ditentukan kemudian dipasang di depan pintu.
Tujuannya adalah untuk menolak musibah yang akan datang ke rumah.
b.
Nyuguh
Nyuguh
dilakukan setiap tanggal 25 safar. Maksud dari kegiatan ini adalah memberikan
sesajen pada sancang yang berada di hutan keramat. Sancang adalah sejenis
harimau jadi-jadian. Warga di kampung kuta meyakini bahwa di hutan keramat
terdapat sancang. Sancang merupakan perwujudan dari prajurit siliwangi yang
tinggal di kampung kuta. Jika upacara adat nyuguh tidak dilakukan maka sancang
yang ada di hutan keramat akan keluar dan merusak hewan ternak yang ada di
kampug kuta.
Kegiatan
yang dilakukan adalah membawa sesaji ke hutan keramat kemudian disana diadakan
ritual.
c.
Sedekah Bumi
Sedekah
bumi ini dilakukan ketika warga di kampung kuta hendak memulai aktivitas
bertani. Kegiatan ini rutin dilakukan. Tujuannya adalah untuk mensyukuri rejeki
yang didapatkan dari hasil tani. Kegiatan yang dilakukan adalah warga kampung
kuta berkumpul di satu tempat kemudian memasak dan makan bersama. Pada acara
ini setiap warga harus duduk langsung ditanah tanpa menggunakan alas kemudian
memakan makanan yang telah disediakan bersama-sama.
C.
Sistem
Sosial dan Proses Sosial dalam kelompok-kelompok masyarakat di Kampung Kuta menunjukkan
adanya Stratifikasi Sosial.
Sistem
sosial terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi,
mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia
lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan.
Sifatnya konkret,
terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan.
Sedangkan Proses sosial dapat diartikan sebagai pengaruh timbal balik antara
berbagai segi kehidupan bersama dalam masyarakat. Sebagaimana
dikemukakan oleh Syani dalam Basrowi (2005):
“Proses sosial
merupakan aspek dinamis dari kehidupan masyarakat. Di dalamnya terdapat suatu
proses hubungan antara manusia satu dengan manusia lainnya. Proses hubungan
tersebut berupa interaksi sosial yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari
secara terus menerus. Interaksi sosial dimaksudkan sebagai pengaruh timbal
balik antara kedua belah pihak, yaitu antara individu yang satu dengan individu
atau kelompok yang lainnya dalam rangka mencapai sesuatu atau tujuan tertentu.
Proses sosial pada dasarnya merupakan siklus perkembangan dari struktur sosial
yang merupakan aspek dinamis dalam kehidupan masyarakat.”
Sistem
sosial dan proses sosial yang terjadi di kampung kuta tidak jauh berbeda dengan
sistem sosial dan proses soaial yang terjadi pada masyarakat umumnya.
Setiap
warga di kampung kuta saling berinteraksi antara satu dengan yang lainnya. Kerukunan
kampung kuta akan terlihat ketika malam hari tiba. Biasanya warga berkumpul di malam hari walaupun
hanya sekedar untuk bercengkrama. Hal itu dapat meningkatkan rasa kebersamaan
yang ada di antara warga kampung kuta.
Sistem sosial dan proses sosial yang ada di kampung
kuta menunjukkan adanya stratifikasi sosial.
Stratifikasi
sosial menurut Drs. Robert M.Z. Lawang adalah “Penggolongan orang-orang yang
termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hirarkis
menurut dimensi kekuasaan, privilese dan prestise.”
Stratifikasi
sosial dikampung kuta terlihat dari adanya Susunan Kepengurusan Adat dimana
disana terdapat Penanggung Jawab, Ketua
adat, Wakil Ketua, Sekretaris, Bendahara, Kuncen, Tokoh Masyarakat, Dan
Masyarakat.
Ketua
adat dipilih oleh masyarakat secara langsung melalui musyawarah. Sedangkan
sesepuh atau tokoh masayakat dipilih berdasarkan pengalamannya selama berada di
kampung kuta.
Berbeda
dengan yang lainnya jabatan sebagai seorang kuncen diwariskan secara turun
temurun. Sehingga warga kuta biasa tidak bisa menjadi kuncen. Kuncen bertugas
untuk menjaga kampung kuta dan memimpin setiap upacara adat yang dilaksanakan
di kampung kuta.
Dengan
adanya susunan kepengurusan tersebut, walaupun dalam keseharian mereka
berinteraksi secara biasa, namun keadaan seperti itu sudah pasti dapat membuat
jarak antara para pemangku adat dengan mayarakat biasa.
D. Proses Akulturasi
Budaya di Kampung Kuta
Akulturasi adalah suatu proses sosial
yang timbul manakala suatu kelompok manusia
dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari
suatu kebudayaan asing. Kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke
dalam kebudayaannya sendiri tanpa menyebabkan hilangnya unsur kebudayaan
kelompok itu sendiri. Menurut Koentjaraningrat dalam Basrowi (2005):
“Akulturasi adalah istilah dalam sosiologi
yang memiliki berbagai makna, yang kesemuanya itu mencakup konsep mengenai
proses sosial yang timbul apabila sekelompok manusia dengan kebudayaan tertentu
dihadapkan kepada unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing sehingga unsur-unsur
asing tersebut lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri,
tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan tersebut. Unsur kebudayaan
tidak pernah didifusikan secara terpisah, melainkan senantiasa dalam suatu
gabungan atau kompleks yang terpadu. Sedangkan modernisasi adalah suatu proses
transformasi dari suatu perubahan ke arah yang lebih maju atau meningkat dalam
berbagai aspek dalam kehidupan masyarakat.”
Dari
beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa di kampung kuta terjadi
proses modernisasi, dimana warga mulai menunjukkan suatu perubahan ke arah yang
lebih maju atau meningkat dalam berbagai aspek kehidupan.
Warga di
kampung kuta sudah menggunakan telepon genggam sebagai sarana komunikasi.
Dibeberapa rumah warga terdapat tulisan yang menginformasikan bahwa dirumah
tersebut menjual pulsa.
Selain itu
hampir di setiap rumah terdapat parabola yang menandakan bahwa di rumah
tersebut terdapat televisi sebagai media hibuan dan media informasi.
Walaupun rumah
adat di kampung kuta berbentuk panggung tapi didalamnya terdapat sofa, lemari,
dan peralatan lain yang biasa ditemui di perkotaan.
Untuk
memasak warga sudah menggunakan kompor gas sedangkan untuk alat transfortasi
warga menggunakan motor dan mobil.
Selain
beberapa alat elektronik yang telah disebutkan diatas, masih banyak alat
elektronik lain yang telah digunakan oleh masyarakat di kampung kuta. Hal ini
menunjukan bahwa teknologi di kampung kuta sudah canggih dan tidak kalah dengan
masyarakat perkotaan pada umumnya.
Masyarakat
di kampung kuta memang sangat menjaga warisan adat dari leluhurnya dengan
sangat baik, tapi Ia tidak menutup diri dari perkembangan dunia luar. Selama
alat elektronik yang ada dapat membantu mereka dalam meringankan tugas
sehari-hari, mereka dapat menerimanya. Tentu saja tanpa harus meninggalkan
budaya leluhur yang telah membesarkannya.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kampung
kuta merupakan salah satu kampung adat yang menjaga dengan baik adat
leluhurnya. Warga kampung kuta sangat memegang adat leluhur yang sudah berumur ratusan
tahun. Segala sesuatu yang dilakukan oleh leluhurya masih dipelihara dan
dilaksanakan sampai sekarang. Warga di Kampung Kuta memiliki kata “pamali”.
Yang mana kata-kata terabut merupakan pantangan yang tidak boleh
dilakukan oleh warga di kampung kuta. Jika “pamali” dilanggar maka akan terjadi
hal yang tidak diinginkan seperti bencana.
Di kampung kuta terdapat hutan keramat. Setiap warga
yang ada disana memiliki aturan
khusus untuk mengunjungi hutan tersebut.
Karena peraturan-peraturan yang dijaga dengan baik
itulah akhirnya warga disana dapat menjaga kelestarian hutan lindung, areal
pohon aren, sumber-sumber mata air, dan budaya bersih yang ada disana.
Masyarakat kampung kuta dengan kearifan
tradisionalnya telah berhasil mempertahankan kelestarin lingkungan dan budaya adat kampung kuta.
Keberhasilan tersebut telah menghantarkan masyarakat kampung kuta memperoleh
penghargaan kalpataru tingkat nassional tahun 2002. (Kategori Penyelamat
Lingkungan).
DAFTAR PUSTAKA
Basrowi.2005. Pengantar
Sosiologi.Bogor : Ghalia
Indonesia.