16-oktober-2014 13.40
Hari sudah larut malam. Tapi nina masih tetap
terjaga. Lusa adalah hari dimana ia akan menyelesaikan studinya setelah empat
tahun perjuangan panjang nan melelahkan. Hari yang membahagiakan seharusnya.
Tapi nina tetap dengan kegelisahannya. Apakah kelak yang akan nina lakukan
setelah wisuda. Pasti banyak yang menanyakan kapan ia akan menikah, dimana ia
bekerja, dan beragam pikiran lainnya terus saja berada disekitar nina.
Hukh...... kehidupan terasa semakin berat saja nina rasakan. PR-nya setelah
wisuda tentu saja berkeluarga. Dengan siapa? Nina sendiri tidak tau. Walau ada
beberapa orang yang menyukainya, tak ada satupun dari orang itu yang juga
disukai nina. L
Disampingnya nina melirik pada rita. Sahabat
yang menginap di rumahnya. Besok pagi nina dan rita akan berangkat ke Bandung untuk
wisuda. Semua perlengkapan telah tersusun rapi dipojok kanan lemari pakaian.
Waktu sudah menunjukkan pukul 02.00 dini hari. Tepat pukul 04.00 nina dan rita
harus sudah siap untuk berangkat. Tapi bagaimana bisa, nyatanya mata nina tak
sedikitpun menunjukkan ia akan terlelap.
***
“I wana be where you are.........” suara
alarm hp terdengar keras membangunkan nina dan rita. Entah jam berapa nina
tertidur. Rasanya sudah lama sekali.
Nina dan rita langsung bergegas. 15 menit kemudian
mereka siap untuk berangkat. Setibanya di pool nina dan rita langsung shalat
shubuh kemudian naik bis jurusan Tasikmalaya-Cicaheum Bandung. perjalanan
terasa akan sangat melelahkan mengingat nina yang alergi AC.
Bis mulai melaju. Tanpa terasa nina mulai
mengantuk. Terang saja, semalam ia hanya tidur beberapa menit saja sebelum
akhirnya terbangun. Belum lama nina tertidur, ia dibangunkan oleh bunyi pesan
yang masuk dihpnya. Ternyata seseorang yang menanyakan kabar dan keberadaan
nina. Singkat saja nina menjawab kalo ia sedang di bis perjalanan menuju kota Bandung.
Siapa yang menyangka kalo ternyata pesan itu malah berlanjut pada sebuah
percakapan serius yang membuat dada nina berdegup tak beraturan. Kantuk nina
hilang seketika. Orang yang mengirim pesan pada nina adalah ratif.
***
Flashback:
Ratif merupakan teman kecil nina. Nina dan
ratif cukup dekat waktu itu. Beberapa kali nina dan ratif terlibat dalam satu
kepanitiaan yang sama. Setelah lulus SMK ratif memilih tinggal dan bekerja dikarawang.
Baru tahun ini ia memutuskan untuk kembali dan tinggal dikampung halaman. Beberapa
tahun mereka terpisah oleh jarak yang jauh. Ratif sebenarnya masih tetangga
nina. Tinggal dikampung yang sama, namun sangat jarang bertemu.
Ratif adalah orang pertama yang nina sukai.
Sejak duduk di bangku SMP nina sudah berempati pada ratif. Usia mereka terpaut
tiga tahun. Dimata nina ratif adalah sosok kakak kelas yang rajin dan pintar.
Darinya nina belajar banyak hal tentang kerja keras, perjuangan dan kesabaran. Apapun
yang dilakukan ratif selalu menarik dimata nina.
Cerita nina tentu saja tidak selamanya indah.
Nina yang diam-diam berempati pada ratif kala itu, mustahil jika ratif tidak
mengetahuinya. Melihat sikap ratif yang terus saja cuek pada nina, membuat nina
berpikir bahwa dia bukanlah sosok spesial bagi orang yang disukainya itu .
Darisana nina berusaha untuk melupakan cinta pertamanya.
Flashback end.
Di bis nina tersenyum membaca pesan yang
dikirim ratif untuknya. Ratif bercerita
bahwa sekarang ia sudah mantap untuk menikah. Tapi ia juga menyampaikan kalau
ia masih memilih orang yang nantinya akan mendampinginya.
Di bis nina terlihat kebingungan mau membalas
apa. Berulangkali nina mengetik kemudian menghapusnya. Kala itu hati nina
berusaha mengubur harapan bahwa dialah orang yang tepat itu. Karena beberapa
waktu lalu ratif juga sempat menanyakan apakan nina sedang dekat dengan seseorang
atau tidak, tapi setelah nina menjawab tidak, ratif dengan dingin menjawab
semoga seseorang yang nina tunggu segera datang. Huft menyebalkan bukan ^^
Tidak ingin hal yang sama terulang, nina pun membalas
pesan ratif dengan sebuah doa “semoga Aa segera menemukan orang yang tepat”.
Setelah membalas pesan ratif, nina bersiap
untuk kembali tidur. Ia tidak ingin menunggu balasan yang akan dikirim ratif.
Karena sudah pasti ratif tak pernah sekalipun menyukai nina, pikirnya kala itu.
Nina berusaha menghibur hatinya. “Ayolah nina...... kamu pintar, baik, cantik,
banyak orang yang menyukaimu. Jadi lupakan saja orang itu”, Gumam nina sambil
mengelus dada. Satu minggu sebelumnya sebenarnya nina sudah memutuskan untuk
benar-benar melupakan cinta pertamanya itu. Kini yang nina tunggu adalah orang
yang dipilihkan murobbi nina untuknya.
Hp bergetar tanda ratif sudah membalas pesan
nina. Tapi Nina masih membiarkan pesan itu. Nina berusaha untuk tidak
membukanya. Tangannya terasa dingin. Jantungnya kembali berdegup tak beraturan.
Nina benar-benar penasaran.
Akhirnya nina menyerah juga. Ia memutuskan
untuk membuka pesan yang ia terima. Bis terus saja melaju. Pesan ratif membuat
nina terlupa pada alergi Ac yang dimilikinya.
Sebelum membuka pesan, nina membaca
basmallah. Berharap isi pesan yang ia terima tidak membuat nina bimbang.
“kalo orang itu nina, apa nina mau menerimanya?”
Singkatnya pesan itu membuat mata nina tak
berkedip untuk beberapa saat. Nina kembali membaca pesan itu berulang kali.
Nina benar-benar hawatir pesan itu membuatnya salah paham. Lama sekali nina
membalasnya. Setelah berpikir, yang nina tulis adalah sebuah pertanyaan “Apa Aa
sudah memikirkannya dengan matang?”
Waktu itu nina benar-benar ingin memastikan
apakah ratif serius dengan permintaannya. Karena nina tidak ingin mengulangi
kesalahan sama untuk yang kesekiankalinya. Jika kini ia harus memilih, nina
ingin ini menjadi pilihan terakhirnya.
Flashback.
Dari luar nina memang tampak sangat tegar dan
kuat. Tapi jauh dilubuk hatinya ia tetap seorang wanita dengan masalalu yang
tidak mudah. Ketika kuliah ia pernah menyayangi seseorang dengan tulus. Menjalani
hubungan yang cukup lama, namun ternyata pada akhirnya ia harus meninggalkan
orang itu. Bukan karena ia tak lagi menyayangi nina. Melainkan karena ia
melakukan kesalahan yang tak pernah bisa nina maafkan. Waktu mengambil
keputusan itu, nina benar-benar terpuruk. Ia sakit untuk waktu yang lama.
Setelah satu tahun berlalu, ia kembali dekat
dengan orang yang baru. Orang yang dapat membuat nina melupakan masalalunya. Namun
manusia hanyalah dapat berencana. Nina tetap dengan takdirnya. Orang yang nina
percaya kini ternyata kembali menyakiti nina dengan melakukan kesalahan yang
sama dengan ia yang dulu. Dari sana nina benar-benar terpuruk. Logikanya sudah
tak lagi dapat menerima. Nina sempat tak lagi mempercayai siapapun. Nina benar-benar
trauma. Di blognya waktu itu bahkan nina pernah bercerita betapa terpuruknya ia,
sampai Ia tak dapat lagi melihat setitikpun kebahagiaan yang ada didunia. Yang
nina pikirkan kala itu selalu tentang indahnya kematian.
Setelah terjatuh kedalam lubang yang gelap
dan dalam, menemukan seseorang yang dapat membawanya kembali kedalam terang,
namun ternyata ia kembali menjatuhkannya kedalam lubang yang sama, tentu rsanya
lebih menyakitkan.
Kala itu nina memerlukan waktu lebih lama
untuk meyakinkan dirinya bahwa sifat laki-laki tidak semuanya seperti itu. Nina
memutuskan untuk sendiri. Beberapa orang yang mendekatinya tidak bisa
meyakinkan nina kembali.
Flashback end
Hp nina kembali bergetar. Bis yang terus
melaju membuat nina berpegangan sejenak ketika melewati jalan menanjak.
“bersedia tidak?” pesan singkat yang dikirim
ratif perlahan dibacanya.
Sebelum membalas. Nina menengok sejenak pada
rita yang ada disampingnya. Nina hendak meminta nasihat. Tapi rita tengah
tertelap. Dengan basmallah nina membalas pesan itu.
“Insyaallah saya akan menjaga amanah yang Aa
berikan”
Walau masih ragu apakah ini merupakan
keputusan yang tepat atau tidak, tapi nina berusaha menjalaninya. Mengetahui
ternyata orang yang ia sukai menyimpan harapan yang sama tentu saja nina merasa
senang. Dalam hatinya ia berpikir, mungkinkah ini merupakan jawaban dari doanya
selamanya ini. Penantiannya yang panjang selama ini nyatanya tidaklah sia-sia.
Apakah Allah sengaja mempersiapkan Ratif untuk menjadi imamnya, sehingga ratif
baru memberikan pertanyaan itu sekarang. Dalam hati nina memiliki banyak sekali
pertanyaan.
Dalam semua kebahagiaan yang dimilikinya,
tentu saja kekhawatiran akan masalalu yang dihawatirkan berulang selalu ada.
Hal itu selalu membuat nina merasa tidak tenang. Nina bisa menjadi sangat
gelisah ketika bayangan masalalunya kembali muncul. Masalalu yang tak ingin ia
alami lagi. Jika sampai nina harus berada pada posisi itu lagi, kekecewaan
seperti apa yang akan ia rasakan, wallohualam.
Nina yang lemah selalu berlindung dibelakang
nama Rabbnya.
Bersambung...............