Minggu, 07 April 2013

Sebuah kisah nyata dari seseorang “Elneza”




MIMPI YANG MENJADI NYATA

Setelah lulus SMA apa ya yang mau dilakukan?! Biasanya pilihannya Cuma 3 antara kuliah, kerja atau nikah. ^_^”
Ya seperti itulah pikiran Nina ketika menerima surat kelulusan. Dalam hati kecilnya Nina ingin melanjutkan kuliah di salah satu perguruan tinggi negeri di daerahnya. Tapi jika melihat keadaan keluarganya, sepertinya hal tersebut tidaklah mungkin.
Kembali melihat masalalu Nina ketika lulus SMP, kedua orang tua Nina menganjurkan Nina untuk masuk SMK. Alasannya hanya satu agar bisa langsung kerja tanpa harus kuliah. Tentu saja kendalanya adalah biaya. Padahal di SMP berturut-turut Nina selalu menjadi juara kelas. Tapi mau bagaimana lagi. Nina merupakan anak tertua dikeluarganya dan dia masih memiliki tiga orang adik yang juga masih bersekolah. Ayah nina adalah seoarang buruh kasar dan ibunya pengrajin tikar. Pendapatan kedua orang tuanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka dan sedikit menabung untuk merenovasi rumah yang belum selesai.
Dua minggu sudah Nina lulus dari sekolahnya. Tapi ia masih kebingungan akan nasibnya. Bersama dengan riska teman dekatnya dari SMP akhirnya Nina memutuskan untuk mencari pekerjaan walaupun dalam hati kecilnya Nina masih berharap bisa kuliah.
Pada suatu hari Nina dan riska masuk ke sebuah toko elektronik. Ternyata di tempat tersebut ada lowongan pekerjaan untuk dua orang. Nina dan riska langsung diminta untuk wawancara. Mereka memasuki sebuah ruangan dan diberi selembar kertas dengan beberapa soal yang harus diselesaikan. Dalam pandangannya terlihat jelas mereka masih kebingungan dengan apa yang tengah mereka lakukan tersebut. Tapi mereka saling memberi semangat satu sama lain agar berusaha dengan baik dan diterima bekerja ditempat tersebut.
Tiga jam berlalu. wawancara akhirnya selesai. Hasilnya baru akan keluar dua hari mendatang dan mereka diminta untuk kembali mengambilnya.
Keluar dari ruangan tersebut wajah bingung Nina dan Riska masih terlihat jelas. Sesampainya di depan toko Nina dan Riska saling memandang. Entah kenapa tiba-tiba mereka tertawa geli berbarengan. Seakan mereka mentertawakan kejadian yang baru saja mereka alami di ruang wawancara. Mereka saling bertanya akan seperti apa hasil wawancaranya. Apakah mereka akan diterima bekerja atau tidak mengingat mereka datang tanpa membawa surat lamaran sama sekali. ^_^
Hari yang dinanti akhirnya tiba. Nina dan riska langsung menemui bagian personalia. Tanpa disangka ternyata Nina dan riska diterima bekerja di toko tersebut. Pada hari itu mereka diminta menandatangani kontrak kerja dan besok mereka sudah bisa bekerja. Nina dan riska sangat senang. Pulang dari toko mereka langsung makan-makan merayakan keberhasilan mereka.
Satu bulan berlalu. Gaji pertama Nina akhirnya keluar. Kurang lebih ia mendapatkan Rp 500.000,- karena ia masih dalam masa percobaan. Harapan Nina untuk kuliah tidak pernah hilang. Gaji pertama yang ia dapat Nina tabung untuk daftar kuliah. Satu minggu setelah itu terdengar kabar bahwa universitas harapan Nina ternyata sudah membuka pendaftaran mahasiswa baru. Biaya pendaftarannya Rp 300.000,-. Lebih dari setengah gajinya. ^_^
Tanpa pikir panjang keesokan harinya Nina minta libur kerja dan ia mendaftar kuliah. Untuk masuk universitas negeri memang tidak mudah. Terdengar kabar bahwa yang mendaftar sudah lebih dari 2.000 orang sedangkan kursi yang tersedia hanya untuk 140  orang. Mendengar kabar tersebut mira tidak patah semangat. Ia membulatkan tekadnya untuk kuliah.
Waktu seleksi dimulai satu minggu lagi. Ketempat kerja Nina membawa buku. Di waktu senggang ia menghapal dan mengerjakan beberapa soal untuk mengahadapi seleksi. Seperti itulah hari-hari Nina berlalu selama satu minggu.
Akhirnya waktu seleksi tiba. Nina kembali meminta ijin dari tempat kerjanya. Dia mengikuti tes dengan penuh semangat. Modalnya memang hanya semangat, usaha dan doa. ^_^ Tanpa ia duga sebelumnya ternyata seleksinya sangat ketat 60 menit pertama Nina harus mengerjakan soal dengan cepat. Bayangakan saja lebih dari seratus soal bahasa inggris harus dijawab hanya dalam waktu lima belas menit saja. Dan sepuluh menit untuk menjawab 50 soal matematika.
Pada waktu itu hati Nina sangat tenang. Ia mengerjakan soal dengan rapi. Seakan-akan dia yakin bahwa dia pasti akan masuk perguruan tinggi tersebut. Satu persatu soal-soal dikerjakannya dengan mudah. Waktu belum berakhir, tapi nina sudah slesai mengerjakan semua soal. Waktu masih tersedia lima menit. Nina kembali memeriksa lembar jawabannya.
Akhirnya tes pertama selesai. Dilanjutkan dengan tes kedua yaitu wawancara. Tes ini lumayan membuat Nina gugup. Sebelumnya ia telah mendengar beberapa kabar buruk tentang wawancara tersebut. Mulai dari dosen yang galak, pertanyaan aneh yang muncul, dan hal lainnya yang membuat nina semakin tegang.
Akhirnya wawancara dimulai. Nina mendapat urutan kedua dalam wawancara tersebut. Terdengar dari dalam seorang dosen memanggil peserta pertama. Namanya dewi. Dengan gugup dewi memasuki ruangan. Belum sampai dua menit, dewi sudah keuar. Ternyata dia dikeluarkan dan tidak bisa mengikuti wawancara. Alasannya hanya satu. Dewi tidak membawa balpoint. Mata dewi memerah. Dia terlihat sangat kecewa. Kata-kata yang diucapkan oleh dosen pada dewi mungkin tidak akan pernah ia lupakan “Sebagai seorang calon pendidik seharusnya kamu membawa balpoint kemanapun kamu pergi!” Dewi menceritakannya sambil menahan tangis pada peserta wawancara yang lain.
“Nina!” terdengar suara panggilan dari dalam ruangan. Nina akhirnya masuk. Terlihat jelas wajah gugup Nina pada saat itu. Tepat di depan pintu Nina berhenti sejenak. Dia pejamkan matanya dan mengucap basmalah. “Bismillahirrahmanirrahim...” wajah Nina seakan memasrahkan semua yang akan terjadi padanya kepada Rabb nya.
Sesampainya dalam ruangan, dari jendela terlihat beberapa pasang mata para peserta wawancara yang penasaran melihat kearah nina.
Pertama Nina diminta mengisi absensi dengan balpoint miliknya. Kemudian dia mendapat beberapa pertanyaan. Pertanyaan demi pertanyaan Nina jawab dengan tenang dan jelas. Sampai pada akhirnya Nina diminta untuk menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Dari sana Nina mulai gugup karena dia tidak terbiasa menyanyi. Karena gugup Nina lupa dengan lirik lagu tersebut. Dosen yang ada didepannya berkata: “Menyanyikan lagu kebangsaan saja kamu tidak bisa. Bagaimana nanti kamu akan mengajar?”. Silahkan keluar. Wajah kecewa jelas ditunjukkan Nina pada saat itu. Tapi dia berusaha menutupi kekecewaannya. Sebelum keluar Nina berkata; “Setiap orang pasti pernah melakukan kesalahn. Apalahgi ketika ia sedang gugup dan berada dalam sebuah tekanan. Tapi jika saja saya mendapat ksempatan untuk mengajar saya akan melakukan hal terbaik yang saya bisa. Terima kasih pak. Assalamualaikum.” Kemudian Nina keluar dari ruangan.
Sesampainya di depan pintu Nina menarik nafas panjang. Dia telah melakukan hal terbaik yang ia bisa lakukan. Ia serahkan semua hasilnya pada Yang Maha Kuasa. Jika memang ia ditakdirkan untuk kuliah, pasti jalannya akan diberi kemudahan. Keyakinan itulah yang selalu ada dalam hati Nina.
Pulang dari tes, ia langsung masuk kerja. Hasil dari seleksi tersebut baru akan keluar setelah tiga minggu. Setiap hari Nina selalu shalat tepat waktu. Harapannya untuk kuliah tidak pernah hilang dari dalam hatinya. Ia lakukan semua hal yang ia bisa. Doa tak hentinya ia panjatkan setiap selesai shalat.
Tiga minggu berlalu. Hasil dari seleksi akan keluar hari ini. Nina sangat gugup. Apalagi ternyata ia tidak bisa ijin dari tempat kerjanya. Dari pagi dada Nina berdegup dengan cepat tak seperti biasanya. Dari pagi pula doa tak henti ia anjatkan.
Nina meminta temannya untuk melihat hasil seleksi. Dari pagi kemanapun Nina pergi ia selalu memegangi hpnya. Setiap hpnya berbunyi ia melihatnya dengan cemas. Rupanya nina tengah menunggu berita dari temannya. Setelah menunggu dari pagi, tiba-tiba siang itu Nina mendapat sebuah pesan. Pesan itu adalah pesan yang ditunggunya sejak pagi. Nina sangat cemas. Ia sangat hawatir. Ketika ia hendak membuka pesan tersebut terdengar suara adzan. Nina memutuskan untuk shalat terlebih dahulu agar ia lebih tenang. Setelah selesai shalat ia memanjatkan doa. Dalam doanya Nina memasrahkan semua hasilnya pada Yang Maha Kuasa. Ia hanya meminta satu hal. Jika ternyata nina tidak diterima, Nina minta untuk dilapangkan hatinya. Selesai shalat, nina bersiap melihat isi pesan yang ia dapat. “Bismillahirahmanirrohim...”. perlahan ia baca pesan tersebut. Sesaat setelah itu nina tertunduk. Air mata mengalir dipipinya. Seakan tidak percaya ternyata ia diterima di Universitas impiannya. Ucap syukur tak henti dari bibirnya. Ia benar-benar bahagia.
Keesokan harinya Nina mengambil persyaratan untuk daftar ulang. Dari sana ternyata perjuangan Nina untuk kuliah rupanya belum selesai. Nina harus membayar biaya pendaftaran sebesar Rp 7.500.000,- melihat angka tersebut Nina terdiam. Dari mana ia bisa mendapatkan uang tersebut pikirnya. Apalagi selama ini Nina mendaftar kuliah tanpa sepengetahuan kedua orang tuanya. Waktu untuk pembayaran masih dua bulan lagi.
Dalam waktu dua bulan Nina berusaha mengumpulkan uang untuk daftar kuliah. Dua bulan akhirnya berlalu. Nina hanya mampu mengumpulkan uang sebanyak 2.000.000,- yang ia dapat dari gajinya. Kekurangannya tentu saja masih sangat banyak. Nina sangat kebingungan. Apalagi waktu pendaftaran tinggal dua minggu lagi.
Akhirnya Nina memutuskan untuk memberi tahu kedua orang tuanya. Malam itu sepulang kerja Nina duduk bersama kedua orang tuanya. Sebelum memulai pembicaraan Nina terlebih dahulu manunjukkan surat pernyataan kalau dia diterima di Universitas Negeri. Kedua orang tuanya hanya terdiam. Nina tertunduk dan menjelaskan keinginannya sambil tak kuasa menahan tangis. Mendengar keinginan Nina ibunya hanya bisa menangis sedang ayah Nina berjanji untuk membantu semampunya. Ayah Nina kemudian menyuruh nina untuk istirahat.
Dua minggu berlalu. Besok adalah hari terakhir pendaftaran. Harapan Nina rupanya masih belum hilang. Malam itu Nina terjaga dari tidurnya dan memutuskan untuk Tahajud. Selesai shalat air mata meneter dipipi nina. Sesaat kemudian ia tersujud dan mengadu pada Rabbnya. Malam itu nina memasrahkan semuanya. Kalaupun ternyata ia tidak bisa kuliah tahun ini, ia terima. Karena pasti itu yang terbaik buatnya. Toh Nina masih bisa kuliah pada tahun berikutnya.
Pagi itu hari terasa sangat sejuk. Pagi sekali Nina terbangun. Selesai shalat shubuh kedua orang tua Nina memanggilnya. Tanpa Nina duga sebelumnya tiba-tiba ayah nina menyerahkan sebuah amplop berisi uang Rp 5.500.000,- Nina sangat bahagia dan ia tidak bisa menahan air mata kebahagiannya.
Ternyata kedua orang tua Nina meminjam uang dari sodaranya. Keinginan Nina untuk kuliah sangatlah besar dan kedua orang tuanya tidak tega menghapus harapan tersebut.
Nina sangat bersyukur. Pada hari itu juga Nina segera mendaftar kuliah.
Sekarang Nina telah memasuki semester 6 kuliahnya. Tinggal satu tahun lagi sebelum ia wisuda. Di tempat kuliahnya Nina mendapat beasiswa dan terbebas dari uang smester. Nina memang sangat mandiri. Sehari-hari ia membiayai kuliahnya sendiri. Walaupun sebenarnya kini  keadaan keluarganya telah berkecukupan dan mampu untuk membiayai kuliahnya, tapi nina tidak pernah memintanya. Ia berusaha membiayai keperluannya sendiri.
Setelah kuliah, nina keluar dari tempat kerjanya. Namun, disela-sela waktu kuliahnya nina mengikuti berbagai kegiatan. Dari sana ia mendapatkan sdikit uang jajan. Lumayan untuk menutupi keperluannya. Disamping itu Nina juga membuka bismnis kecil-kecilan. ^_^”
Semoga cerita ini menginspirasi......
Dimana ada keinginan, disana pasti ada jalan. Yakinlah bahwa Allah selalu bersama kita.
Allah selalu bersama dengan prasangka hambaNya. ^_^”



Tidak ada komentar:

Posting Komentar