MIMPI
YANG MENJADI NYATA
Setelah
lulus SMA apa ya yang mau dilakukan?! Biasanya pilihannya Cuma 3 antara kuliah,
kerja atau nikah. ^_^”
Ya
seperti itulah pikiran Nina ketika menerima surat kelulusan. Dalam hati
kecilnya Nina ingin melanjutkan kuliah di salah satu perguruan tinggi negeri di
daerahnya. Tapi jika melihat keadaan keluarganya, sepertinya hal tersebut tidaklah
mungkin.
Kembali
melihat masalalu Nina ketika lulus SMP, kedua orang tua Nina menganjurkan Nina
untuk masuk SMK. Alasannya hanya satu agar bisa langsung kerja tanpa harus
kuliah. Tentu saja kendalanya adalah biaya. Padahal di SMP berturut-turut Nina
selalu menjadi juara kelas. Tapi mau bagaimana lagi. Nina merupakan anak tertua
dikeluarganya dan dia masih memiliki tiga orang adik yang juga masih
bersekolah. Ayah nina adalah seoarang buruh kasar dan ibunya pengrajin tikar.
Pendapatan kedua orang tuanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka
dan sedikit menabung untuk merenovasi rumah yang belum selesai.
Dua
minggu sudah Nina lulus dari sekolahnya. Tapi ia masih kebingungan akan
nasibnya. Bersama dengan riska teman dekatnya dari SMP akhirnya Nina memutuskan
untuk mencari pekerjaan walaupun dalam hati kecilnya Nina masih berharap bisa
kuliah.
Pada
suatu hari Nina dan riska masuk ke sebuah toko elektronik. Ternyata di tempat
tersebut ada lowongan pekerjaan untuk dua orang. Nina dan riska langsung diminta
untuk wawancara. Mereka memasuki sebuah ruangan dan diberi selembar kertas
dengan beberapa soal yang harus diselesaikan. Dalam pandangannya terlihat jelas
mereka masih kebingungan dengan apa yang tengah mereka lakukan tersebut. Tapi
mereka saling memberi semangat satu sama lain agar berusaha dengan baik dan
diterima bekerja ditempat tersebut.
Tiga
jam berlalu. wawancara akhirnya selesai. Hasilnya baru akan keluar dua hari
mendatang dan mereka diminta untuk kembali mengambilnya.
Keluar
dari ruangan tersebut wajah bingung Nina dan Riska masih terlihat jelas.
Sesampainya di depan toko Nina dan Riska saling memandang. Entah kenapa
tiba-tiba mereka tertawa geli berbarengan. Seakan mereka mentertawakan kejadian
yang baru saja mereka alami di ruang wawancara. Mereka saling bertanya akan
seperti apa hasil wawancaranya. Apakah mereka akan diterima bekerja atau tidak
mengingat mereka datang tanpa membawa surat lamaran sama sekali. ^_^
Hari
yang dinanti akhirnya tiba. Nina dan riska langsung menemui bagian personalia.
Tanpa disangka ternyata Nina dan riska diterima bekerja di toko tersebut. Pada
hari itu mereka diminta menandatangani kontrak kerja dan besok mereka sudah
bisa bekerja. Nina dan riska sangat senang. Pulang dari toko mereka langsung
makan-makan merayakan keberhasilan mereka.
Satu
bulan berlalu. Gaji pertama Nina akhirnya keluar. Kurang lebih ia mendapatkan Rp
500.000,- karena ia masih dalam masa percobaan. Harapan Nina untuk kuliah tidak
pernah hilang. Gaji pertama yang ia dapat Nina tabung untuk daftar kuliah. Satu
minggu setelah itu terdengar kabar bahwa universitas harapan Nina ternyata
sudah membuka pendaftaran mahasiswa baru. Biaya pendaftarannya Rp 300.000,-.
Lebih dari setengah gajinya. ^_^
Tanpa
pikir panjang keesokan harinya Nina minta libur kerja dan ia mendaftar kuliah.
Untuk masuk universitas negeri memang tidak mudah. Terdengar kabar bahwa yang
mendaftar sudah lebih dari 2.000 orang sedangkan kursi yang tersedia hanya untuk
140 orang. Mendengar kabar tersebut mira
tidak patah semangat. Ia membulatkan tekadnya untuk kuliah.
Waktu
seleksi dimulai satu minggu lagi. Ketempat kerja Nina membawa buku. Di waktu
senggang ia menghapal dan mengerjakan beberapa soal untuk mengahadapi seleksi.
Seperti itulah hari-hari Nina berlalu selama satu minggu.
Akhirnya
waktu seleksi tiba. Nina kembali meminta ijin dari tempat kerjanya. Dia
mengikuti tes dengan penuh semangat. Modalnya memang hanya semangat, usaha dan
doa. ^_^ Tanpa ia duga sebelumnya ternyata seleksinya sangat ketat 60 menit
pertama Nina harus mengerjakan soal dengan cepat. Bayangakan saja lebih dari
seratus soal bahasa inggris harus dijawab hanya dalam waktu lima belas menit
saja. Dan sepuluh menit untuk menjawab 50 soal matematika.
Pada
waktu itu hati Nina sangat tenang. Ia mengerjakan soal dengan rapi. Seakan-akan
dia yakin bahwa dia pasti akan masuk perguruan tinggi tersebut. Satu persatu
soal-soal dikerjakannya dengan mudah. Waktu belum berakhir, tapi nina sudah
slesai mengerjakan semua soal. Waktu masih tersedia lima menit. Nina kembali
memeriksa lembar jawabannya.
Akhirnya
tes pertama selesai. Dilanjutkan dengan tes kedua yaitu wawancara. Tes ini
lumayan membuat Nina gugup. Sebelumnya ia telah mendengar beberapa kabar buruk
tentang wawancara tersebut. Mulai dari dosen yang galak, pertanyaan aneh yang
muncul, dan hal lainnya yang membuat nina semakin tegang.
Akhirnya
wawancara dimulai. Nina mendapat urutan kedua dalam wawancara tersebut.
Terdengar dari dalam seorang dosen memanggil peserta pertama. Namanya dewi.
Dengan gugup dewi memasuki ruangan. Belum sampai dua menit, dewi sudah keuar.
Ternyata dia dikeluarkan dan tidak bisa mengikuti wawancara. Alasannya hanya
satu. Dewi tidak membawa balpoint. Mata dewi memerah. Dia terlihat sangat
kecewa. Kata-kata yang diucapkan oleh dosen pada dewi mungkin tidak akan pernah
ia lupakan “Sebagai seorang calon pendidik seharusnya kamu membawa balpoint
kemanapun kamu pergi!” Dewi menceritakannya sambil menahan tangis pada peserta
wawancara yang lain.
“Nina!”
terdengar suara panggilan dari dalam ruangan. Nina akhirnya masuk. Terlihat
jelas wajah gugup Nina pada saat itu. Tepat di depan pintu Nina berhenti
sejenak. Dia pejamkan matanya dan mengucap basmalah. “Bismillahirrahmanirrahim...”
wajah Nina seakan memasrahkan semua yang akan terjadi padanya kepada Rabb nya.
Sesampainya
dalam ruangan, dari jendela terlihat beberapa pasang mata para peserta wawancara
yang penasaran melihat kearah nina.
Pertama
Nina diminta mengisi absensi dengan balpoint miliknya. Kemudian dia mendapat
beberapa pertanyaan. Pertanyaan demi pertanyaan Nina jawab dengan tenang dan
jelas. Sampai pada akhirnya Nina diminta untuk menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia
Raya. Dari sana Nina mulai gugup karena dia tidak terbiasa menyanyi. Karena
gugup Nina lupa dengan lirik lagu tersebut. Dosen yang ada didepannya berkata: “Menyanyikan
lagu kebangsaan saja kamu tidak bisa. Bagaimana nanti kamu akan mengajar?”.
Silahkan keluar. Wajah kecewa jelas ditunjukkan Nina pada saat itu. Tapi dia
berusaha menutupi kekecewaannya. Sebelum keluar Nina berkata; “Setiap orang
pasti pernah melakukan kesalahn. Apalahgi ketika ia sedang gugup dan berada
dalam sebuah tekanan. Tapi jika saja saya mendapat ksempatan untuk mengajar
saya akan melakukan hal terbaik yang saya bisa. Terima kasih pak. Assalamualaikum.”
Kemudian Nina keluar dari ruangan.
Sesampainya
di depan pintu Nina menarik nafas panjang. Dia telah melakukan hal terbaik yang
ia bisa lakukan. Ia serahkan semua hasilnya pada Yang Maha Kuasa. Jika memang
ia ditakdirkan untuk kuliah, pasti jalannya akan diberi kemudahan. Keyakinan
itulah yang selalu ada dalam hati Nina.
Pulang
dari tes, ia langsung masuk kerja. Hasil dari seleksi tersebut baru akan keluar
setelah tiga minggu. Setiap hari Nina selalu shalat tepat waktu. Harapannya
untuk kuliah tidak pernah hilang dari dalam hatinya. Ia lakukan semua hal yang
ia bisa. Doa tak hentinya ia panjatkan setiap selesai shalat.
Tiga
minggu berlalu. Hasil dari seleksi akan keluar hari ini. Nina sangat gugup. Apalagi
ternyata ia tidak bisa ijin dari tempat kerjanya. Dari pagi dada Nina berdegup
dengan cepat tak seperti biasanya. Dari pagi pula doa tak henti ia anjatkan.
Nina
meminta temannya untuk melihat hasil seleksi. Dari pagi kemanapun Nina pergi ia
selalu memegangi hpnya. Setiap hpnya berbunyi ia melihatnya dengan cemas.
Rupanya nina tengah menunggu berita dari temannya. Setelah menunggu dari pagi,
tiba-tiba siang itu Nina mendapat sebuah pesan. Pesan itu adalah pesan yang
ditunggunya sejak pagi. Nina sangat cemas. Ia sangat hawatir. Ketika ia hendak
membuka pesan tersebut terdengar suara adzan. Nina memutuskan untuk shalat
terlebih dahulu agar ia lebih tenang. Setelah selesai shalat ia memanjatkan
doa. Dalam doanya Nina memasrahkan semua hasilnya pada Yang Maha Kuasa. Ia
hanya meminta satu hal. Jika ternyata nina tidak diterima, Nina minta untuk dilapangkan
hatinya. Selesai shalat, nina bersiap melihat isi pesan yang ia dapat. “Bismillahirahmanirrohim...”.
perlahan ia baca pesan tersebut. Sesaat setelah itu nina tertunduk. Air mata
mengalir dipipinya. Seakan tidak percaya ternyata ia diterima di Universitas impiannya.
Ucap syukur tak henti dari bibirnya. Ia benar-benar bahagia.
Keesokan
harinya Nina mengambil persyaratan untuk daftar ulang. Dari sana ternyata
perjuangan Nina untuk kuliah rupanya belum selesai. Nina harus membayar biaya
pendaftaran sebesar Rp 7.500.000,- melihat angka tersebut Nina terdiam. Dari
mana ia bisa mendapatkan uang tersebut pikirnya. Apalagi selama ini Nina
mendaftar kuliah tanpa sepengetahuan kedua orang tuanya. Waktu untuk pembayaran
masih dua bulan lagi.
Dalam
waktu dua bulan Nina berusaha mengumpulkan uang untuk daftar kuliah. Dua bulan akhirnya
berlalu. Nina hanya mampu mengumpulkan uang sebanyak 2.000.000,- yang ia dapat
dari gajinya. Kekurangannya tentu saja masih sangat banyak. Nina sangat
kebingungan. Apalagi waktu pendaftaran tinggal dua minggu lagi.
Akhirnya
Nina memutuskan untuk memberi tahu kedua orang tuanya. Malam itu sepulang kerja
Nina duduk bersama kedua orang tuanya. Sebelum memulai pembicaraan Nina terlebih
dahulu manunjukkan surat pernyataan kalau dia diterima di Universitas Negeri.
Kedua orang tuanya hanya terdiam. Nina tertunduk dan menjelaskan keinginannya
sambil tak kuasa menahan tangis. Mendengar keinginan Nina ibunya hanya bisa
menangis sedang ayah Nina berjanji untuk membantu semampunya. Ayah Nina
kemudian menyuruh nina untuk istirahat.
Dua
minggu berlalu. Besok adalah hari terakhir pendaftaran. Harapan Nina rupanya masih
belum hilang. Malam itu Nina terjaga dari tidurnya dan memutuskan untuk Tahajud.
Selesai shalat air mata meneter dipipi nina. Sesaat kemudian ia tersujud dan
mengadu pada Rabbnya. Malam itu nina memasrahkan semuanya. Kalaupun ternyata ia
tidak bisa kuliah tahun ini, ia terima. Karena pasti itu yang terbaik buatnya.
Toh Nina masih bisa kuliah pada tahun berikutnya.
Pagi
itu hari terasa sangat sejuk. Pagi sekali Nina terbangun. Selesai shalat shubuh
kedua orang tua Nina memanggilnya. Tanpa Nina duga sebelumnya tiba-tiba ayah
nina menyerahkan sebuah amplop berisi uang Rp 5.500.000,- Nina sangat bahagia dan
ia tidak bisa menahan air mata kebahagiannya.
Ternyata
kedua orang tua Nina meminjam uang dari sodaranya. Keinginan Nina untuk kuliah
sangatlah besar dan kedua orang tuanya tidak tega menghapus harapan tersebut.
Nina
sangat bersyukur. Pada hari itu juga Nina segera mendaftar kuliah.
Sekarang
Nina telah memasuki semester 6 kuliahnya. Tinggal satu tahun lagi sebelum ia wisuda.
Di tempat kuliahnya Nina mendapat beasiswa dan terbebas dari uang smester. Nina
memang sangat mandiri. Sehari-hari ia membiayai kuliahnya sendiri. Walaupun
sebenarnya kini keadaan keluarganya
telah berkecukupan dan mampu untuk membiayai kuliahnya, tapi nina tidak pernah
memintanya. Ia berusaha membiayai keperluannya sendiri.
Setelah
kuliah, nina keluar dari tempat kerjanya. Namun, disela-sela waktu kuliahnya nina
mengikuti berbagai kegiatan. Dari sana ia mendapatkan sdikit uang jajan.
Lumayan untuk menutupi keperluannya. Disamping itu Nina juga membuka bismnis
kecil-kecilan. ^_^”
Semoga
cerita ini menginspirasi......
Dimana
ada keinginan, disana pasti ada jalan. Yakinlah bahwa Allah selalu bersama
kita.
Allah
selalu bersama dengan prasangka hambaNya. ^_^”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar