Minggu, 04 Oktober 2015

Segenggam Mimpi Seluas Kenyataan (Part 1)



16-oktober-2014 13.40

Hari sudah larut malam. Tapi nina masih tetap terjaga. Lusa adalah hari dimana ia akan menyelesaikan studinya setelah empat tahun perjuangan panjang nan melelahkan. Hari yang membahagiakan seharusnya. Tapi nina tetap dengan kegelisahannya. Apakah kelak yang akan nina lakukan setelah wisuda. Pasti banyak yang menanyakan kapan ia akan menikah, dimana ia bekerja, dan beragam pikiran lainnya terus saja berada disekitar nina. Hukh...... kehidupan terasa semakin berat saja nina rasakan. PR-nya setelah wisuda tentu saja berkeluarga. Dengan siapa? Nina sendiri tidak tau. Walau ada beberapa orang yang menyukainya, tak ada satupun dari orang itu yang juga disukai nina. L
Disampingnya nina melirik pada rita. Sahabat yang menginap di rumahnya. Besok pagi nina dan rita akan berangkat ke Bandung untuk wisuda. Semua perlengkapan telah tersusun rapi dipojok kanan lemari pakaian. Waktu sudah menunjukkan pukul 02.00 dini hari. Tepat pukul 04.00 nina dan rita harus sudah siap untuk berangkat. Tapi bagaimana bisa, nyatanya mata nina tak sedikitpun menunjukkan ia akan terlelap.
***
“I wana be where you are.........” suara alarm hp terdengar keras membangunkan nina dan rita. Entah jam berapa nina tertidur. Rasanya sudah lama sekali.
Nina dan rita langsung bergegas. 15 menit kemudian mereka siap untuk berangkat. Setibanya di pool nina dan rita langsung shalat shubuh kemudian naik bis jurusan Tasikmalaya-Cicaheum Bandung. perjalanan terasa akan sangat melelahkan mengingat nina yang alergi AC.
Bis mulai melaju. Tanpa terasa nina mulai mengantuk. Terang saja, semalam ia hanya tidur beberapa menit saja sebelum akhirnya terbangun. Belum lama nina tertidur, ia dibangunkan oleh bunyi pesan yang masuk dihpnya. Ternyata seseorang yang menanyakan kabar dan keberadaan nina. Singkat saja nina menjawab kalo ia sedang di bis perjalanan menuju kota Bandung. Siapa yang menyangka kalo ternyata pesan itu malah berlanjut pada sebuah percakapan serius yang membuat dada nina berdegup tak beraturan. Kantuk nina hilang seketika. Orang yang mengirim pesan pada nina adalah ratif.
***
Flashback:
Ratif merupakan teman kecil nina. Nina dan ratif cukup dekat waktu itu. Beberapa kali nina dan ratif terlibat dalam satu kepanitiaan yang sama. Setelah lulus SMK ratif memilih tinggal dan bekerja dikarawang. Baru tahun ini ia memutuskan untuk kembali dan tinggal dikampung halaman. Beberapa tahun mereka terpisah oleh jarak yang jauh. Ratif sebenarnya masih tetangga nina. Tinggal dikampung yang sama, namun sangat jarang bertemu.
Ratif adalah orang pertama yang nina sukai. Sejak duduk di bangku SMP nina sudah berempati pada ratif. Usia mereka terpaut tiga tahun. Dimata nina ratif adalah sosok kakak kelas yang rajin dan pintar. Darinya nina belajar banyak hal tentang kerja keras, perjuangan dan kesabaran. Apapun yang dilakukan ratif selalu menarik dimata nina.
Cerita nina tentu saja tidak selamanya indah. Nina yang diam-diam berempati pada ratif kala itu, mustahil jika ratif tidak mengetahuinya. Melihat sikap ratif yang terus saja cuek pada nina, membuat nina berpikir bahwa dia bukanlah sosok spesial bagi orang yang disukainya itu . Darisana nina berusaha untuk melupakan cinta pertamanya.
Flashback end.
Di bis nina tersenyum membaca pesan yang dikirim ratif untuknya.  Ratif bercerita bahwa sekarang ia sudah mantap untuk menikah. Tapi ia juga menyampaikan kalau ia masih memilih orang yang nantinya akan mendampinginya.
Di bis nina terlihat kebingungan mau membalas apa. Berulangkali nina mengetik kemudian menghapusnya. Kala itu hati nina berusaha mengubur harapan bahwa dialah orang yang tepat itu. Karena beberapa waktu lalu ratif juga sempat menanyakan apakan nina sedang dekat dengan seseorang atau tidak, tapi setelah nina menjawab tidak, ratif dengan dingin menjawab semoga seseorang yang nina tunggu segera datang. Huft menyebalkan bukan ^^
Tidak ingin hal yang sama terulang, nina pun membalas pesan ratif dengan sebuah doa “semoga Aa segera menemukan orang yang tepat”.
Setelah membalas pesan ratif, nina bersiap untuk kembali tidur. Ia tidak ingin menunggu balasan yang akan dikirim ratif. Karena sudah pasti ratif tak pernah sekalipun menyukai nina, pikirnya kala itu. Nina berusaha menghibur hatinya. “Ayolah nina...... kamu pintar, baik, cantik, banyak orang yang menyukaimu. Jadi lupakan saja orang itu”, Gumam nina sambil mengelus dada. Satu minggu sebelumnya sebenarnya nina sudah memutuskan untuk benar-benar melupakan cinta pertamanya itu. Kini yang nina tunggu adalah orang yang dipilihkan murobbi nina untuknya.
Hp bergetar tanda ratif sudah membalas pesan nina. Tapi Nina masih membiarkan pesan itu. Nina berusaha untuk tidak membukanya. Tangannya terasa dingin. Jantungnya kembali berdegup tak beraturan. Nina benar-benar penasaran.
Akhirnya nina menyerah juga. Ia memutuskan untuk membuka pesan yang ia terima. Bis terus saja melaju. Pesan ratif membuat nina terlupa pada alergi Ac yang dimilikinya.
Sebelum membuka pesan, nina membaca basmallah. Berharap isi pesan yang ia terima tidak membuat nina bimbang.
“kalo orang itu nina, apa nina mau menerimanya?”
Singkatnya pesan itu membuat mata nina tak berkedip untuk beberapa saat. Nina kembali membaca pesan itu berulang kali. Nina benar-benar hawatir pesan itu membuatnya salah paham. Lama sekali nina membalasnya. Setelah berpikir, yang nina tulis adalah sebuah pertanyaan “Apa Aa sudah memikirkannya dengan matang?”
Waktu itu nina benar-benar ingin memastikan apakah ratif serius dengan permintaannya. Karena nina tidak ingin mengulangi kesalahan sama untuk yang kesekiankalinya. Jika kini ia harus memilih, nina ingin ini menjadi pilihan terakhirnya.
Flashback.
Dari luar nina memang tampak sangat tegar dan kuat. Tapi jauh dilubuk hatinya ia tetap seorang wanita dengan masalalu yang tidak mudah. Ketika kuliah ia pernah menyayangi seseorang dengan tulus. Menjalani hubungan yang cukup lama, namun ternyata pada akhirnya ia harus meninggalkan orang itu. Bukan karena ia tak lagi menyayangi nina. Melainkan karena ia melakukan kesalahan yang tak pernah bisa nina maafkan. Waktu mengambil keputusan itu, nina benar-benar terpuruk. Ia sakit untuk waktu yang lama.
Setelah satu tahun berlalu, ia kembali dekat dengan orang yang baru. Orang yang dapat membuat nina melupakan masalalunya. Namun manusia hanyalah dapat berencana. Nina tetap dengan takdirnya. Orang yang nina percaya kini ternyata kembali menyakiti nina dengan melakukan kesalahan yang sama dengan ia yang dulu. Dari sana nina benar-benar terpuruk. Logikanya sudah tak lagi dapat menerima. Nina sempat tak lagi mempercayai siapapun. Nina benar-benar trauma. Di blognya waktu itu bahkan nina pernah bercerita betapa terpuruknya ia, sampai Ia tak dapat lagi melihat setitikpun kebahagiaan yang ada didunia. Yang nina pikirkan kala itu selalu tentang indahnya kematian.
Setelah terjatuh kedalam lubang yang gelap dan dalam, menemukan seseorang yang dapat membawanya kembali kedalam terang, namun ternyata ia kembali menjatuhkannya kedalam lubang yang sama, tentu rsanya lebih menyakitkan. 
Kala itu nina memerlukan waktu lebih lama untuk meyakinkan dirinya bahwa sifat laki-laki tidak semuanya seperti itu. Nina memutuskan untuk sendiri. Beberapa orang yang mendekatinya tidak bisa meyakinkan nina kembali.
Flashback end
Hp nina kembali bergetar. Bis yang terus melaju membuat nina berpegangan sejenak ketika melewati jalan menanjak.
“bersedia tidak?” pesan singkat yang dikirim ratif perlahan dibacanya.
Sebelum membalas. Nina menengok sejenak pada rita yang ada disampingnya. Nina hendak meminta nasihat. Tapi rita tengah tertelap. Dengan basmallah nina membalas pesan itu.
“Insyaallah saya akan menjaga amanah yang Aa berikan”
Walau masih ragu apakah ini merupakan keputusan yang tepat atau tidak, tapi nina berusaha menjalaninya. Mengetahui ternyata orang yang ia sukai menyimpan harapan yang sama tentu saja nina merasa senang. Dalam hatinya ia berpikir, mungkinkah ini merupakan jawaban dari doanya selamanya ini. Penantiannya yang panjang selama ini nyatanya tidaklah sia-sia. Apakah Allah sengaja mempersiapkan Ratif untuk menjadi imamnya, sehingga ratif baru memberikan pertanyaan itu sekarang. Dalam hati nina memiliki banyak sekali pertanyaan.
Dalam semua kebahagiaan yang dimilikinya, tentu saja kekhawatiran akan masalalu yang dihawatirkan berulang selalu ada. Hal itu selalu membuat nina merasa tidak tenang. Nina bisa menjadi sangat gelisah ketika bayangan masalalunya kembali muncul. Masalalu yang tak ingin ia alami lagi. Jika sampai nina harus berada pada posisi itu lagi, kekecewaan seperti apa yang akan ia rasakan, wallohualam.
Nina yang lemah selalu berlindung dibelakang nama Rabbnya.
Bersambung...............

Tidak ada komentar:

Posting Komentar